Tulisan ini merupakan esay penulis (Dedi Sahputra Napitupulu) sebagai syarat untuk mengikuti Student Mobility Program Kementrian Agama RI beberapa waktu yang lalu.
Belakangan
ini orang sibuk dan berebut ingin jadi pemimpin, terlepas dari berbagai macam
motivasi mereka yang pasti spanduk dan baliho yang betebaran di sepanjang jalan
dan yang tertempel di pohon-pohon kayu menjadi bukti bahwa orientasi manusia
saat ini sangat ambisius untuk menjadi pemimpin. Mereka berebut jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya
dirinya, bagaimana kemampuannya, dan pantaskah dirinya
memangku jabatan (kepemimpinan) tersebut. Dan parahnya lagi, mereka kurang
atau bahkan tidak memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat
kepemimpinan itu sendiri. Mereka hanya beranggapan bahwa jabatan adalah
keistimewaan, fasilitas, kewenangan, kebanggaan dan popularitas.
Sedangkan jabatan itu adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan
keteladanan yang dilihat dan dinilai banyak orang. Ambisi
tersebut semakin jelas terlihat oleh karena agenda nasioanal yang di motori
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tanggal 9 Desember 2015 yang akan datang
merupakan kontes untuk memilih pemimpin yang serentak dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Lalu apa sebenarnya pemimpin? dan bagaimana kriteria pemimpin yang
sejati menurut perspektif Islam??
Stephen J.Carrol, membuat defenisi
bahwa Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu inginkan dari
mereka untuk mengerjakannya. Defenisi ini dianggap mewakili dari pendapat
banyak pakar leadership. Paling tidak secara sederhana kita dapat menyimpulkan
bahwa pemimpin adalah “kemampuan mempengaruhi orang lain”. Maka konsekwensi
yang sangat logis dari seorang pemimpin
adalah bahwa dia adalah orang yang telah mampu memimpin dan mengatur dirinya
sendiri kemudian dia diberi amanah untuk mengatur orang lain. Idealnya bahwa
pemimpin harus lebih dulu mampu menata dirinya untuk kemudian diberikan
otoritas mengatur orang lain. Sehingga pemimpin harus lebih baik dari orang
yang ia pimpin dan dapat pula menjadi contoh bagi orang yang ia pimpin.
Didalam
literatur Islam bahwa istilah pemimpin itu dikenal paling tidak dalam tiga
bentuk istilah yaitu: Imamah (Panutan atau contoh teladan), Ri’ayah (Kepala atau Pemerhati), dan Imarah (Pemerintah). Semua itu mengisyaratkan bahwa hakikat dari
pemimpin, sarat dengan pemberian keteladanan. Bahwa semua pemimpin harus dapat
menjadi teladan bagi orang disekelilingnya.
Lalu
siapa figur yang disebut sebagai pemimpin?. Dari sisi historis kita biasa mengatakan
bahwa semua kita adalah pemimpin. Dahulu kala ketika Allah hendak menciptakan
langit dan bumi, ditawarkan kepada malaikat untuk mengatur bumi dan seluruh
isinya, namun malaikat menolak karena merasa tidak mampu. Dan akhirnya Allah
memilih manusia yang menjadi penguasa dibumi setelah melalui proses yang
panjang. Dia berkata kepada para malaikat,
“Aku hendak menjadikan pemimpin dibumi”, tetapi malaikat protes karena tau
bahwa manusia hanya akan berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah di
bumi. Tapi Allah tetap memberikan kepercayaan kepada Manusia. Kisah ini sering
kita baca di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 30. Manusia di klaim sebagai
pemimpin Karena kita terlahir mengalahkan jutaan pesaing kita, ketika banyaknya
sel sperma yang berlomba untuk bisa mencapai garis finis pada sel telur ovum
maka kita hari ini adalah orangnya, kita yang terdepan, kita yang terkuat dan
kita yang tercepat, serta kita pula lah yang menjadi contoh bagi yang lainnya.
Didalam
hadis yang populer sering kita baca dan dengar “setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu”.(HR.Bukhari Muslim).
Paling tidak dalam ruang lingkup
yang kecil, kita dapat mengatakan bahwa setiap orang adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri, atau dalam sekala yang menengah, kita menjadi pemimpin didalam
keluarga, atau boleh jadi kita memang orang yang terlahir sebagai pemimpin
dunia, atau bahkan pemimpin Negara.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana
sebenarnya sosok pemimpin yang ideal menurut kaca mata Islam?. Saya kira kita
tedak perlu mencari figure lain selain Rasulullah SAW. Ada empat sifat yang
dinisbahkan kepada Nabi Muhammad:
1. Siddiq
(Jujur)
“kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana”.
“Sekali arang tercoreng di dahi seumur hidup orang tidak percaya”. Demikianlah
adagium yang sering kita dengar dari guru-guru kita ketika SD dahulu yang
mengisyaratkan betapa pentingnya nilai sebuah kejujuran. Siapapun jika ditanya
pasti sangat mendambakan kejujuran, walau penipu sekalipun. Demikian hal nya
dengan sosok pemimpin yang ideal maka kejujuran merupakan sifat yang harus
melekat pada diri seorang pemimpin. Mengapa sifat nabi Muhammad yang pertama
adalah jujur? Mengapa pintar diposisikan sebagai rankin terahir dari sifat
Nabi? Dua hal ini merupakan sifat yang penting. Tetapi kejujuran mutlak harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. “pemimpin pintar, tidak jujur = Negara hancur”,
pemimpin jujur, tidak pintar = maka akan di permainkan orang” .
2. Amanah (Dapat dipercaya)
Amanah artinya, benar-benar bisa dipercaya. Jika suatu
urusan diserahkan kepadanya , niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan
dikerjakan sebaik-baiknya. Nabi muhammad diberi julukan Al-Amin jauh sebelum beliau diangkat menjadi rasul . pemimpin juga
harus dapatMdipercaya atas segala yang telah dia ucapkan dan lakukan. Bayangkan,
betapa beratnya beban yang dibawa ketika memimpin sebuah Negara, katakanlah Presiden
Indonesia, berarti dia telah mendapat kepercayaan dari 270 juta orang lebih.
Demikian juga halnya dengan pemimpin keluarga, dia telah memperoleh kepercayaan
dari keluarganya dan keluarga isterinya. Termasuk pemimpin diri sendiri yang
telah dipercayakan oleh Allah untuk memanaj dirinya. Kepercayaan merupakan
salah satu modal yang harus dimiliki oleh pemimpin. Kalau kita mau bertanya,
mengapa Fidel Castro presiden Kuba
ke-22 begitu lama memimpin sampai
kurang lebih 32 tahun atau setara dengan
durasi kepemimpinan presiden ke-2 Indonesia Suharto. Jawaban sederhananya
adalah karena rakyat percaya kepada mereka. Maka jika ingin menjadi pemimpin
harus dapat dipercaya.
3. Tabligh
(Penyampai)
Tabligh artinya menyampaikan. Semua firman Allah SWT yang
ditujukan kepada manusia disampaikan oleh baginda Nabi. Tidak pernah nabi
menyembunyikan atau korupsi ayat Al-Qur’an. Pemimpin hebat harus bisa menjadi
penyambung lidah rakyat, artinya dia paham akan kebutuhan orang yang ia pimpin,
dia memberikan service yang baik,
bukan malah minta dilayani. Menyampaikan informasi ter up date dengan benar.
4. Fathonah
(Cerdas dan bijaksana)
Adalah mustahil bila seorang pemimpin itu bodoh. Dalam
menyampaikan ayat Al-Qur’an dan kemudian menjelaskan dalam puluhan ribu hadis
memerlukan kebijaksanaan yang luarbiasa. Itulah nabi Muhammad SAW. Mampu
menjelaskan firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau memeluk Islam, nabi
juga harus mampu berdebat dengan orang kafir dengan cara yang baik. Demikian
juga halnya dengan seorang pemimpin, harus memiliki kebijaksanaan dan
kepintaran dalam menyelesaikan permasalahan yag dihadapi.
Demikian lah
beberapa sifat yang mutlak harus ada pada sosok pemimpin menurut perspektif
Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh pemimpin teringgi kita Muhammad
SAW. Mudah-mudahan kita semua menjadi pemimpin yang jujur, dapat dipercaya
mampu mendengarkan aspirasi, serta cerdas dan bijaksana menghadapi berbagai
macam persoalan.
Semoga.
luar biasa guys
BalasHapusTks ustaz
BalasHapuskeren,,,,
BalasHapus