Masih
soal pemimpin, mudah-mudaha ini menjadi tips atau barangkali wejangan dan
sedikit bekal bagi mereka yang sedang berebut menggapainya..
Seminggu
setelah terkuaknya kasus korupsi dana bansos yang menyeret sejumlah nama elit
politik di jajaran pemerintah Provinsi Sumatera Utara, saya berdiskusi dengan
salah seorang tokoh sepuh yang cukup berpengaruh dan berpengalaman. Banyak yang
tidak menyangka. Tetapi banyak pula yang sudah menduga bahwa kasus ini pasti
akan terbongkar. Entah lah…beragam persepsi masyarakat muncul ketika itu.
Beragam caci maki yang tersampaikan dengan nada penuh penyesalan. Dari hasil
diskusi tersebut saya simpulkan bahwa
betapa pentingnya benteng diri pada
setiap orang, apalagi bagi mereka yang ingin dan sedang menjadi pemimpin.
Beragam
godaan dan tantangan orang ketika hidup didunia ini, semakin tinggi
kedudukan/jabatan seseorang maka semakin besar pula cobaan yang diterimanya tak
terkecuali seorang pemimpin. Kalau kita mau ibaratkan seperti sebuah pohon kayu,
maka pohon yang sering diterjang angin badai adalah pohon-pohon yang tinggi dan
besar. Semantara pohon yang kecil tidak terlalu merasakan efek dari angina
badai tersebut. Tapi yang jelas semua pohon, baik kecil maupun besar pasti
selalu mendapatkan hembusan angin yang sesuai dengan tipologinya.
Baik
lah, sekarang yang terpenting adalah pesan dari tokoh sepuh yang sudah saya
singgung pada mukaddimah tadi, “kalau
kalian mau jadi pemimpin hebat, maka seimbangkan antara dunia akhirat, caranya
sholat jangan kurang dari 50 rakaat” . Demikian pesan singkat dari salah
satu orang tua tokoh sepuh Sumatera Utara, bahasanya sederhan namun sarat
dengan makna. Setelah selesai berdiskusi, saya terpikir dan coba mengevaluasi
diri sambil menghitung-hitung nominal rakaat yang selama ini saya kerjakan.
Kadang-kadang kalau lagi rajin biasa melebihi dari standar minimal, tapi sering juga kurang dari
standar tersebut. Yang jelas butuh konsistensi dalam merutinkan ritual
tersebut.
Saya
coba mencari korelasi antara pemimpin hebat dengan standar 50 rakaat yang harus
dikerjakannya. Ternyata sederhana sekali saya temukan di dalam kitab suci
Al-Qur’an surah Al- Ankabut: 45 (sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan munkar). Ibnu Abbas menjelaskan “barang
siapa yang shalatnya masih belum dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka tiada lain ia makin bertambah jauh dari Allah”. Pakar Tafsir
Indonesia pak Quraisy Shihab menambahkan dalam tafsir Al Misbahnya “ shalat yang kita kerjakan dapat membentengi
diri dari perbuatan keji seperti berzina, merampok, merugikan orang lain,
berdusta, menipu dan segala perbuatan munkar yang mendapat celaan dari
masyarakat”. Kalau begitu muncul pertanyaan bukankah para koruptor yang
ditangkap itu orang yang melaksanakan shalat? Lalu mengapa mereka melakukan hal
itu?. Syaikh Muhammad Al ‘Utsaimin rahimahulla
mengatakan, “shalat bisa mecegah dari
kemunkaran jika shalat tersebut dilakukan dalam bentuk sesempurna mungkin”.
Allah
telah memberikan garansi kepada siapa saja yang melaksanak shalat maka akan
terhindar dari perbuatan keji dan munkar dengan syarat shalat yang ia kerjakan
harus betul-betul khuyu’ dan dilaksanakn dengan ikhlas sesempurna mungkin.
Ternyata inilah yang menjadi rahasia mengapa orang sering larut dalam dalam
godaan syetan. Sahalat merupakan kunci utamanya. Kita harus akui bahwa jika ada
orang yang rajin melaksanakan shalat tetapi masih gemar melakukan perbuatan
yang melanggar norma-norma, maka dipastikan ada sesuatu yang salah (something wrong) dalam shalatnya.
Karena jaminan Allah itu pasti . bahwa siapa saja yang melaksanakan shalat
dengan baik maka ia akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Dan Allah
tidak pernah ingkar janji terhadap jaminan yang telah difirmankannya.
Saya
tidak mau terlalu jauh menjelaskan tafsir ayat Al-Qur’an tersebut, Karena saya
bukan ahlinya. Penjelasan lebih lanjut mengenai tafsir ayat diatas dapat anda
baca sendiri dalam kitab-kitab tafsir. Tetapi yang jelas jika kita melaksanakan
shalat wajib lima kali berarti jumblah nya 17 rakaat, ditambah shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah, sebelum subuh 2 rakaat, sebelum zuhur 2 rakaat, setelah
zuhur 2 rakaat, setelah ashar 2 rakaat, setelah magrib 2 rakaat, sebelum isya 2
rakaat, setelah isya 2 rakaat, shalat dhua 8 rakat, shalat tahajjud 8 rakaat
dan shalat witir 3 rakaat, maka akumulasi dari semua itu berarti sama dengan 50
rakaat yang telah kita laksanakan. Itu belum ditambah lagi dengan shalat sunnah
tahyatul masjid, shalat sunnah mutlaq, shalat awwabin, shalat hajat dan
masih banyak shalat yang linnya.
Sebenarnya
tidak terlalu susah untuk dapat mengerjakannya, hanya saja kita perlu konsisten
dan sabar dalam melaksanakannya. Kalau ini bisa kita amalkan maka kita akan
terpelihara dari segala bentuk kemaksiatan. Atau minimal ketika kita hampir
terjerumus melakukan kemaksiatan, segera
Allah pasti akan memberikan dan menunjukkan jalan yang benar kepada
kita. Tidak ada kesulitan dalam hidup ini, semua urusan akan dimudahkan, semua
problem akan diberikan solusi olehNya.
Akhirnya saya ucapkan selamat kepada anda yang
telah mencapai standar dalam mengerjakan shalat 50 rakaat sehari semalam mudah
mudahan bisa terus konsisten dalam mendirikannya. Dan mungkin andalah yang
disebut sebagai pemimpin atau calon pemimpin hebat itu. Bagi yang belum, mulai
saat ini marilah kita coba melatihnya pelan-pelan.
Semoga
Diskusi ini mengingatkan saya sama sesepuh yang ustadz sebutkan Ayahanda Al- Ghazali
BalasHapusAlhamdulillah saya dipertemukan jalan 50/24 , 4tahun yg lalu
BalasHapus