MENGAPA PENGAJIAN SEPI PEMINAT??

Refleksi Kehidupan
0




“ Kalau datang Ayu Tingting ke lapangan merdeka, mau mendung se mendung-mendungnya, hujan selebat-lebatnya, ramai orang datang, padahal yang dinyanyikannya cuma ‘alamat palsu’. Mengapa ke majelis ta’lim/pengajian jarang orang mau datang?, padahal ustadz tidak perna memberikan alamat palsu. Yang disampaikan selalu alamat yang benar”. 

 Sambil malu-malu banyak jama’ah yang tersenyum dan tertawa lepas.

Begitulah keluhan seorang ustadz yang saya dengar ketika pengajian di salah satu masjid beberapa waktu yang lalu.

Ya memang begitulah belakangan ini semakin sedikit yang berminat mengikuti majelis ta’lim. Orang lebih suka hadir ke tempat-tempat yang kurang bermanfaat penuh dengan hiruk pikuk dan sarat dengan kemaksiatan. Jika mau jujur, hari ini lebih banyak kita melihat orang yang berkumpul di mall, café, ditempat-tempat konser musik daripada berkumpul dimasjid untuk shalat berjama’ah dan mendengarkan pengajian. Orang juga lebih senang menyaksikan acara lawakan basi dan gosip berbalut fitnah yang terkesan membuka-buka aib saudara sendiri ketimbang menyaksikan acara siraman rohani keagamaan yang menambah keimanan. 

Mengapa hal ini terjadi?, saya mau lihat dari beberapa sisi:

Pertama, karena program pengajian yang dilaksanakan tidak terarah. Sehingga terkesan asal ada. Dalam bahasa yang lebih akademis kegiatan pengajian tidak memiliki silabus yang jelas. Materi kebanyakan disampaikan yang sifatnya insidental klasikal (hanya seputar surga neraka, pahala dan dosa). Materi tidak disampaikan secara kontiniu. Lebih lagi materi tersebut tidak disesuaikan dengan kebutuhan jama’ah. Akibatnya jam’ah malas hadir karena materi yang disampaikan tidak menarik.

Kedua, kegiatan pengajian selama ini berlangsung tanpa meminta komentar atau pendapat dari jama’ah. Sehingga ada semacam miss komunikasi antara jama’ah dan penceramah. Kegiatan pengajian rutin itu hanya merupakan ide dari beberapa orang pengurus masjid saja tanpa meminta pendapat dari jama’ah lainnya untuk mendesain pengajian yang lebih bagus. Selain itu kurang dan bahkan hampir tidak pernah diadakan evaluasi untuk perbaikan.

Ketiga, motivasi dari jama’ah yang sangat rendah untuk meningkatkan kualitas keimanan mereka.

Solusi 

     1.  Perlu mendesain pengajian yang lebih menarik dengan cara membuat silabus pengajian misalnya: minggu pertama kajian fiqh, minggu kedua kajian tafsir, minggu ketiga kajian tasawuf, minggu keempat kajian ilmiah dan populer yang sedang ramai dibicarakan dan lain sebagainya. Yang jelas harus ada jadwal materi yang terstruktur dan harus disampaikan oleh orang yang berpengalaman dan mumpuni bidang keilmuannya. Bila perlu materi dikemas dalam bentuk makalah dan bila perlu pemateri/ustadznya bergelar Profesor atau Doktor. 

     2.  Masyarakat hari ini cenderung bersifat materialis sehingga jika suatu kegiatan tidak mendatangkan manfaat mereka malas untuk menghadirinya. Apa salahnya dibuat snack dan minuman berupa teh atau kopi, berikan kepada setiap jama’ah yang hadir sebagai perangsang agar mereka mau datang. Buat semewah mungkin. Manfaatkan kas masjid untuk membiayai semua keperluan pengajian tanpa mengutip infaq dari jama’ah. Untuk tahap awal biarlah motoivasi sebahagian jama’ah datang untuk makan. Heheh seterusnya lama-kelamaan mereka akan merasa maalu dan sadar.

   
     3. Ayo sama-sama kita meramaikan pengajian yang ada di masjid kita masing-masing, jika selama ini ada 20 orang yang aktif ke masjid, maka setiap mereka harus mengajak istri/suami dan anak mereka yang dewasa satu orang, maka sudah ada 60 orang yang hadir dipengajian tersebut. Itu sudah Alhamdulillah. Kita harus rajin-rajin mengajak saudara-saudara kita, masalah mereka mau atau tidak itu urusan nanti. Yang jelas kita mau mengajak.

Jika ini bisa kita lakukan maka InsyaAllah pengajian disetiap masjid kita akan ramai. Dan ini sangat penting bagi pembinaan akhlak ummat yang belakangan ini semakin menghawatirkan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)