Beberapa tahun yang lalu, seorang budayawan kenamaan Emha Ainun
Najib pernah membagi-bagi kelompok manusia, menurutnya ada lima tipologi
manusia berdasarkan respon komunitas terhadap keberadaannya. Menarik, dari klasifikasi
tersebut Cak Nun membuat analogi yang persis dengan rumusan Hukum Taklifi
(Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah, dan Haram).
Kelompok manusia
yang terbaik adalah kelompok manusia wajib, yaitu manusia yang
keberadaannya dinilai sangat vital sehingga harus diupayakan. Ditengah
masyarakat kita sering melihat ada manusia yang memang memainkan peranan yang
sangat strategis, sehingga keberadaannya sangat dinantikan sekaligus
dirindukan. Berbagai kegiatan tidak akan berjalan sesuai harapan tanpa
kehadirannya. Saya kira, merupakan kebahagian sekaligus sebagai sebuah
kehormatan manakala kita bisa mencapai kelas ini.
Kelompok
berikutnya adalah kelompok manusia Sunnah, yaitu
keberadaannya yang lebih membawa kebermanfaatan daripada ketiadaannya. Meskipun
bukan sebagai central dan penentu, tetapi saya kira menjadi orang pada
level ini baik juga, karena kontribusinya yang banyak bagi masyarakat, sehingga
menyebabkan kehadirannya selalu dinanti-nantikan.
Jenis manusia
selanjutnya adalah manusia Mubah, yaitu manusia yang keberadaannya sama
dengan ketiadaannya (wujuduhu ka ‘adamihi). Menjadi netral memang
anjuran agama tetapi dalam konteks ini menjadi manusia mubah adalah sesuatu
kehampaan yang sangat merugikan. Betapa tidak, dalam pergaulan sosial
keberadaan kita sama sekali tidak memberi pengaruh apa-apa. Sebenarnya menjadi
orang semacam ini bukanlah harapan setiap orang, walaupun dilapangan sering
juga kita temukan. Biasanya manusia tipe ini selalu mendapat bagian sebagai
“pelengkap penderita” saja.
Tipe manusia berikutnya
adalah manuusia Makruh, yaitu ketiadaannya lebih menguntungkan daripada
keberadaannya (‘adamuhu khairun min wujudihi). Sebagian orang memang
memiliki tabiat lucu, mereka adalah manusia-manusia pengacau dan perusak
suasana sehingga orang lain selalu berharap bahwa manusia tipe seperti ini
tidak diharapkan kehadiran dan keterlibatannya dalam perkara apapun, karena
jika dia diikut sertakan keberadaannya hanya akan memperkeruh keadaan.
Kelompok manusia
terahir ini adalah kelompok yang paling buruk, siapa lagi kalau bukan manusia Haram,
yaitu jenis manusia yang keberadaannya tidak hanya menjengkelkan tetapi sangat
merugikan. Model manusia seperti ini memiliki mental benalu murni dengan
simbiosis parasitisme, dalam terminologi Biologi biasanya dicontohkan seperti
tikus dengan petani atau alang-alang dengan tanaman produksi.
Tidak ada maksud
menuduh siapa berada di kelas mana, tetapi mari lah kita coba menakar
eksistensi diri ditengah-tengah masyarakat. Biasanya, semakin banyak manfaat
yang kita berikan kepada komunitas tertentu, keberadaan kita akan selalu
dinanti dan dihargai. Sebaliknya semakin banyak pula kita merugikan orang lain,
kehadiran kita tidak hanya dihindari tetapi juga dijauhi.