Fungsi ketiga dari manajemen adalah pelaksanaan,
implementasi atau aktualisasi terhadap perencanaan yang sudah didesain
sebelumnya. Pelaksanaan merupakan kunci terpenting dalam fungsi manajemen.
Sehebat apapun perencanaan yang telah dilakukan, sehebat apa pula orang-orang
yang sudah ditunjuk menjadi penanggung jawab, maka semua itu hanya sekadar
omong kosong jika tidak ada penyelesaian.
Setidaknya ada tiga prinsip dalam melaksanakan sebuah
pekerjaan: bertanggungjawab, disiplin dan konsisten.
Tanggungjawab merupakan penghayatan penuh terhadap sebuah
pekerjaan dan menyelesaikannya tepat waktu dan hemat waktu (efektif dan
efisien). Tidak cukup sampai disitu, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) juga dijelaskan bahwa indikator lain dari tanggung jawab adalah
menuntaskan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.
Dalam konteks puasa, penting bagi orang yang melakukannya
untuk menghayati apa sebenarnya esensi puasa itu. Apakah hanya sekadar
memindahkan jadwal makan, atau hanya sekadar berlapar-lapar di siang hari? Tentu
tidak. Dibalik itu semua terselip tanggungjawab moral dan spiritual. Secara
moralitas puasa harus mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang
sedang dalam kondisi lapar: sedih dan tersiksa. Secara spiritual puasa juga
harus mampu mendekatkan diri kepada Tuhan, sebab secara psikologi orang yang
lapar menginginkan ada keajaiban yang bisa menolongnya. Dengan demikian,
kesadaran religius seseorang yang sedang dalam keadaan berpuasa sebenarnya
sedang mencapai titik puncak.
Sedangkan disiplin merupakan sikap menaati peraturan atau
sportif. Disiplin juga sering dikaitkan terhadap penghormatan terhadap waktu.
Orang Amerika bilang "Time is money",
sedikit waktu yang terbuang, akan menyebabkan kerugian yang tak berbilang.
Orang Arab bilang, "Alwaqtu kassyaif",
waktu ibarat pedang, jika tidak bisa maksimal menggunakannya, engkau yang kemudian
akan terluka karnanya.
Dalam konteks puasa, disiplin memang sangat dilatih
sejadi-jadinya. Disiplin makan-minum, makanan yang halal, milik kita sekalipun
tidak bisa serta-merta dinikmati, ada rentang waktu yang sudah diatur. Demikian
juga dengan disiplin waktu beribadah, lihatlah di jadwal imsakiyah, bahkan jam
dan menitnya lengkap tertera. Disiplin berbicara juga, sehingga dilarang bagi
orang yang sedang berpuasa berkata-kata hal yang bukan hanya kasar, tetapi juga
yang tidak ada manfaatnya. Agama bahkan menganjur supaya terhindar dari
perilaku yang tidak berguna, lebih baik tidur. Tidurnya itu akan dinilai
sebagai ibadah.
Adapun konsisten adalah usaha yang dilakukan secara
kontinuitas atau berkesinambungan. Dalam ilmu manajemen, kontinuitas mutlak
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dan dalam rangka mewujudkan perubahan.
Tidak satupun pakar yang ada hari ini muncul dengan tiba-tiba. Semua melalui
proses panjang yang konsisten.
Agama mengenal istilah konsisten dengan istilah Isqikomah, yakni beramal secara
terus-menerus. Nabi bahkan menekankan pentingnya sifat konsisten dalam beramal,
sehingga amalan yang paling dicintai nabi adalah amalan yang konsisten meskipun
secara kuantitas jumlahnya sedikit.
Puasa menuntut umat Islam agar memiliki perilaku yang
konsisten. Sebulan penuh melaksanakan puasa, sebenarnya esensinya agar dijaga
untuk sebelas bulan selanjutnya. Dengan demikian, "Beramal hangat-hangat
tai ayam", sangat tidak dianjurkan. Maksudnya beramal hanya semangat
ketika dipermulaan, tetapi sunyi bahkan malas menjelang akhir puasa tidak
dibenarkan. Hal semacam ini menjadi bukti betapa tidak konsistennya seseorang
dalam beribadah.