Kau Ini Bagaimana Atau Aku Yang Harus Bagaimana

Refleksi Kehidupan
1




             
Silahkan baca salah satu puisi terbaik karya KH. Mustofa Bisri di bawah ini dengan seksama. Hayati, pahami kemudian renungkan.


Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihku untuk segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana
Kau suruh aku maju, aku maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja, kau ganggu aku

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum,kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memangil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusaknya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternaatif kau bilang aku mendikte saja

Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaiman



                                                                        Gus Mus
                                                                        -1987-



            Saya jadi teringat dengan ungkapan Abdullah Quilliam, beliau sering disebut sebagai Muslim pertama di Inggris dan Dialah yang sangat getol menyebarkan Islam di markas Liverpool, kira-kira begini ungkapannya: “sebagian orang terlalu banyak omong. Apa yang diceramahkannya satu jam jauh lebih banyak dari apa yang ia telah amalkan sepanjang hidupnya”. Sebagai seorang Da’i, jujur saja saya ikut tersinggung. Tetapi bila di renungkan lebih jauh, maka ungkapan diatas ada benarnya juga. Bahwa budaya oral selama ini jauh lebih di minati dan kita nikmati daripada budaya tulis-menulis apalagi untuk sampai kepada budaya kerja nyata. Puisi diatas ingin mengingatkan kepada kita bahwa, apa yang kita katakan idealnya sesuai dengan apa yang kita lakukan. Alquran juga telah mengecam kepada siapa saja yang hanya pandai mengatakan tapi tidak mau melakukan (QS. 61:2).

            Bulan Ramadhan merupakan bulan tausiyah, hampir semua stasiun televisi menyiarkan ceramah dan siraman rohani. Di berbagai masjid juga hampir setiap malam menyuguhkan acara yang sama. Agaknya profesi Ustadz menjadi sedikit populer selama sebulan ini. Terlepas dari berbagai gaya penyampaian masing-masing, saya kira tujuan dari tausiyah adalah agar ummat Islam bisa menjalankan puasa dengan baik dan meraih predikat taqwa. Tetapi sangat disayangkan bilamana ceramah-ceramah tersebut disampaikan hanya sebatas pengulangan-pengulangan kajian yang stagnan. Lebih parah lagi, jika ceramah hanya disampaikan untuk mengundang tawa para jama’ah semata. Para ustadz seharusnya mampu memberikan nuansa baru, dengan memodifikasi sedikit materi ceramah mereka yang sesuai dengan konteks zaman hari ini.
           
           

Posting Komentar

1Komentar

  1. Mantap bang, idealnya ustadz memang harus menjadi contoh bukan hanya sekedar mengulang kaji.

    BalasHapus
Posting Komentar