“Bekerjalah kamu. Maka Allah dan Rasul-Nya
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang
Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taubah/9: 105).
Selama bulan Ramadan ini, aktivitas
beribadah umat Islam terasa sangat meningkat. Masjid-masjid selalu ramai setiap
masuk waktu salat, bacaan Al-Qur'an terdengar jelas, hampir tidak pernah sepi,
kecenderungan manusia juga sangat dominan pada kebaikan. Ada perubahan jam
kerja di hampir semua instansi, umumnya durasi waktunya dipercepat. Tidak hanya
itu menjelang penghujung Ramadan nanti, setiap instansi biasanya memberikan
uang tambahan (THR) sebagai bonus. Ini semua adalah berkah dari bulan suci
Ramadan.
Bagi orang-orang yang telah terikat dengan
suatu pekerjaan, tentu saja intensitas beribadah seperti membaca Al-Qur'an dan
itikaf di masjid tidak bisa maksimal. Jangan bersedih. Bekerja juga adalah
bagian dari ibadah yang tidak kalah pentingnya.
Seorang guru ibadahnya adalah
bersungguh-sungguh mencerdaskan peserta didik, seorang pegawai kerjanya adalah
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Demikian pula ibadah bagi
seorang pedagang adalah berjualan dengan jujur dan tertib soal takaran/timbangan.
Bermalas-malasan dalam bekerja, memberikan
pelayanan yang buruk, bermuka masam, atau curang dalam takaran adalah bentuk
penghianatan terhadap tugas. Lebih dari sekadar itu adalah dosa. Alih-alih
mendapatkan nilai pahala dalam bekerja, yang tersisa hanya dosa.
Di atas segalanya, bagi yang tidak
mempunyai waktu mengisi ibadah di bulan Ramadan, maksimal lah dalam bekerja.
Karna serius dalam bekerja juga merupakan bagian dari ibadah dan sekaligus
merupakan perwujudan dari sikap takwa.