Kebahagiaan Orang Berpuasa

Refleksi Kehidupan
0

 


Di antara Hadis yang cukup populer saat Ramadan adalah: “Bagi orang yang berpuasa, ada dua kebahagiaan yang ia rasakan. Pertama, kebahagiaan ketika berbuka puasa, dan kedua, Bahagia ketika bertemu dengan Tuhan-Nya”.

Memang senang rasanya ketika sampai waktu berbuka puasa. Haus yang ditahan seharian dapat segera sirna, demikian juga dengan rasa lapar yang sejak lama terasa segera akan hilang. Kebahagian itu juga terasa bahkan menjelang berbuka. Mulai dari belanja bukaan puasa, sampai menunggu detik-detik menjelang magrib semua dilalui dengan perasaan gembira. Pendeknya, psikologi orang lapar pasti gembira menunggu waktu makan tiba.

Lebih dari itu, Hadis di atas menyatakan bahwa ada kegembiraan yang lebih besar dari sekadar menunggu waktu berbuka. Kegembiraan itu adalah ketika bertemu dengan Allah swt. Memang, hal ini abstrak/gaib dan sulit dijelaskan. Sebab hanya beberapa Nabi dan Rasul saja yang pernah bertemu langsung dengan Allah. Untuk mengkonfirmasinya pun hampir tidak mungkin. Kita hanya bisa meyakini ayat atau Hadis yang menjelaskan bagaimana rasa bahagianya saat bertemu dengan Allah.

Mungkin saja dapat diumpamakan dengan seorang anak yang sudah lama tidak bertemu dengan orang tuanya, baik karena merantau, atau karena hal lain yang harus memisahkan mereka. Meluapkan rasa rindu saat bertemu dengan anak, orang tua atau bisa juga dengan istri tentu tidak akan terlukiskan betapa bahagianya. Bagaimana pula dengan Allah swt. Yang sejak dalam kandungan kita semua telah bersaksi bahwa Ia merupakan Tuhan, selama hidup kita menyembah-Nya. Tidakkah kita penasaran bagaimana bentuk-Nya?. Ini semua akan terjawab nanti di hari kemudian, tentu bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan keikhlasan.

Soal apakah Allah dapat dilihat wujudnya ataukah hanya nur-Nya saja? Sampai hari ini masih menjadi perdebatan ahli kalam. Tetapi yang jelas, bertemu dengan orang yang kita sembah selama hidup kita, yang menjadi Tuhan sekalian alam adalah sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai.

Kalau hanya makan dan minum, berapa banyak yang sanggup dimakan oleh manusia? Dua, tiga piring pasti sudah kenyang. Bahkan akan merasa muak melihat makanan itu. Demikian juga dengan minum, berapa banyak yang sanggup diminum oleh manusia? Dua, tiga gelas sudah cukup.

Ada teori kebutuhan dasar manusia, sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Sigmun Freud bahwa kebutuhan pokok manusia itu adalah makan, minum, tidur dan berhubungan suami istri. Makan dan minum sudah dijelaskan di atas, seberapa banyak yang sanggup dimakan dan diminum oleh manusia, sangat terbatas. Tidur, seberapa lama manusia sanggup tidur? Tidak lama. Antara delapan hingga sepuluh jam saja. Kalau lewat, pasti badan akan terasa capai. Demikian pula dengan berhubungan biologis antara suami dan istri, waktunya juga terbatas. Artinya, kebahagiaan dan kenikmatan dunia ini hanya sebentar saja.  

Apa yang ingin disampaikan, poinnya adalah jika kebahagiaan itu hanya ada dua, dan yang satu tadi sudah dijelaskan sifatnya hanya sementara, maka kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika bertemu dengan Allah swt. nanti di surga-Nya. InsyaAllah.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)