Persoalan waktu dalam ibadah puasa penting untuk diperhatikan. Sebab, di antara tujuan melaksanakan ibadah puasa adalah menjadi orang yang disiplin atau tepat waktu. Terasa sekali bahwa saat Ramadan tiba, orang-orang yang berpuasa akan lebih cenderung disiplin dalam pelaksanaan ibadah. Masjid-masjid ramai setiap kali masuk waktu salat, terutama saat isya dan subuh. Lebih dari itu, orang-orang yang berpuasa juga cenderung disiplin waktu makan dan minum (saat sahur dan berbuka).
Kapan sebenarnya waktu berbuka?. Jawabannya
ada di dalam selebaran jadwal-jadwal imsakiyah. Di sana tertera waktu yang
akurat. Jadi, kalau ingin mendapatkan waktu berbuka ideal ikuti jadwal
imsakiyah. Kekeliruan yang sering dilakukan sebagian orang-orang yang berpuasa
adalah menunggu waktu azan di masjid. Sementara muazzin tentulah membatalkan
puasanya terlebih dahulu. Sudah pasti ada rentang waktu antara muazzin
membatalkan puasanya sampai ia mengumandangkan azan.
Para muazzin sebaiknya ikhlas untuk menunda
mencicipi bukaan puasa. Idealnya mereka membaca bismillah, kemudian meminum air
putih dua atau tiga tegukan, selanjutnya mengumandangkan azan. Setelah azan
selesai barulah ia berdoa ditambah dengan doa berbuka puasa. Setelah itu,
silahkan menyantap bukaan puasa yang tersedia, lalu iqamat dan melanjutkan
dengan salat magrib berjamaah. Beberapa masjid memang telah membiasakan hal
baik ini.
Tetapi, masih banyak juga masjid yang
muazinnya ikut berbuka puasa mencicipi hidangan yang ada, waktu yang dibutuhkan
lebih kurang lima sampai tujuh menit. Setelah itu, barulah muazzin
mengumandangkan azan dan langsung iqamat. Tentu ini tidak salah. Tetapi, jika
ada orang yang menunggu waktu azan baru mulai berbuka puasa, maka pasti
waktunya akan kelewatan dan ini makruh hukumnya sampai ada yang mengatakan
haram. Indikasinya bisa kita saksikan, mengapa saat azan magrib hampir tidak
ada masjid yang sama waktunya.
Ada cara yang dilakukan oleh beberapa
masjid untuk mengakomodir masalah di atas, di kampung-kampung untuk menandakan
masuk waktu magrib atau berbuka puasa adalah dengan memukul beduk. Di kota-kota
besar, sebagian kecil menggunakan alaram atau sirine sebagai penanda waktu. Setelah
beduk ditabuh atau sirine dibunyikan, masuklah waktu. Ada yang langsung azan ada
juga yang menyantap hidangan lebih dulu.
Dalam hal berbuka, mana yang dilakukan lebih
dulu, membaca doa atau membatalkan puasa?. Sebaiknya ucapkan bismillah,
kemudian batalkan puasa dengan cara meminun air atau makan kurma, lalu membaca alhamdulillah
dan berdoa. Jadi, puasanya dibatalkan dulu baru berdoa. Tidak seperti iklan
yang ada di televisi yang menampilkan berdoa terlebih dahulu kemudian membatalkan
puasa, terbalik. Alasannya sederhana, lihatlah terjemahan doa berbuka puasa (Allahumma
laka sumtu… atau dzahaba zama’u…) semuanya dalam bentuk past
tense atau menggunakan kata kerja lampau. Artinya, berdoa dilakukan setelah
berbuka puasa, bukan sebelum puasa.
Adapun waktu imsak, atau mengakhirkan waktu sahur, waktu yang tertera di dalam jadwal imsakiyah merupakan waktu ideal, tetapi tidak mutlak diikuti. Sebab antara azan subuh dengan waktu imsak selisih sepuluh menit. Waktu ini dipergunakan Nabi Muhammad saw. untuk membaca Al-Qur’an sekitar 50 ayat. Jadi Nabi saw. mengakhirkan waktu sahurnya dengan membaca Al-Qur’an 50 ayat dan jika dikonversi waktunya sekitar 10 menit. Waktu imsak merupakan waktu hati-hati, dalam kondisi normal. Tetapi, jika kebetulan bangunnya telat, sudah lewat waktu imsak, maka batas akhirnya adalah sampai azan subuh.
Dengan demikian, waktu berbuka sebaiknya
mengikuti waktu magrib bukan menunggu waktu azan. Sedangkan waktu sahur
idealnya mengikuti waktu imsak, jika tidak memungkinkan maka batas akhirnya
adalah sampai pada azan subuh. Wallahu’alam.