Salah satu keutamaan bulan Ramadan adalah
dilipatgandakannya pahala amalan seorang Muslim. Amalan-amalan sunnah nilainya
setara dengan amalan wajib, sedangkan amalan wajib dibalas dengan pahala yang
tak terhingga. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw. “Barang siapa yang
mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan sunnah pada bulan Ramadan, samalah
ia dengan orang yang menunaikan suatu ibadah wajib di bulan yang lain. Dan
barang siapa yang menunaikan suatu amalan wajib, samalah ia dengan oraang-orang
yang mengerjakan tujuh puluh amalan wajib di bulan yang lain. Ramadan itu
adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya surga”.
Keistimewaan umat Nabi Muhammad, meskipun
usianya tidak selama usia umat terdahulu, tetapi peluang untuk beramal dan
nilai dari amal tersebut jauh melampaui usia umat terdahulu. Di bulan ini juga,
ada satu malam yang jika dikonversi nilai ibadahnya setara dengan 83 tahun
(malam lailatul qadr). Bisa dibayangkan, jika seorang sejak ia baligh
berpuasa, katakanlah sejak 13 tahun, lalu ia secara konsisten beramal di bulan Ramadan
selama hidupnya (katakanlah mengikuti usia Nabi Muhammad, 63 tahun), berarti ia
sudah melewati 50 kali malam lailatul qadar. Anggap saja, yang
setengahnya berhasil. Berarti ada 25 kali dan itu setara dengan 2075 tahun.
Dahsyat, angka ini bahkan melampaui usia Nabi Adam as.
Dalam rangka memaksimalkan ibadah di bulan
Ramadan ini, maka perlu pelaksanaan ibadah sunnah, terutama salat sunnah yang
lebih banyak lagi, artinya kuantitasnya perlu ditambah. Untuk yang wajib sudah
lah, barangkali kualitasnya perlu diperbaiki. Peluang yang dapat diambil adalah
pelaksanaan salat sunnah qabliyah dan ba’diyah (2 rakaat sebelum
subuh, 2 rakaat sebelum dan sesudah zuhur, 2 rakaat sebelum asar, 2 rakaat
sesudah magrib, 2 rakaat sebelum dan sesudah isya), tarawih, witir, tahajjud,
dan duha. Tentu tidak ada yang susah, hanya perlu pembiasaan saja. Dan
ajaibnya, di bulan ini kita seperti terbiasa dengan kecenderungan ibadah yang
lebih dari bulan-bulan biasanya.
Tarawih dan witir sudah satu paket kita
laksanakan setiap malamnya. Adapun tahajjud menjelang sahur, sebelum makan
sahur kita sempatkan minimal 2 rakaat, paginya di sela-sela kesibukan kita
masing-masing, sempatkanlah dua rakat untuk duha. Kalau ini bisa dilakukan,
maka tidak terhitung jumlah pahala yang akan diperoleh. Yang lebih penting dari
sekadar itu adalah kita berharap di luar Ramadan, kebiasaan baik ini akan bisa
terus dilaksanakan. Amin.