Saat dalam keadaan lapar, biasanya
seseorang mudah berempati, berusaha merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Dalam keadaan inilah pengalaman spiritual seseorang sampai pada tingkatan
tertinggi. Maka, puasa sebenarnya menghantarkan manusia pada level paling puncak
baik secara sosial sekaligus spiritual.
Dalam pada itu, manusia biasanya suka
merenung, berpikir sambil mengevaluasi
diri. Apa sebenarnya yang sudah dilakukan?, Bagaimana hasilnya? Apa yang belum
maksimal? Apa pula langkah ke depannya?. Dan seterusnya.
Puasa merupakan bulan refleksi diri,
artinya perenungan yang datang justru lebih di dominasi dari dalam diri. Akan timbul
kesadaran dari dalam diri. Karena itu, sebagian kecil pakar ada yang
berpendapat bahwa banyaknya ceramah-ceramah atau tausiyah di bulan Ramadan
justru tidak terlalu signifikan dampaknya terhadap kesadaran umat dalam
beragama (Islam). Jangan-jangan orang malah bosan kalau tidak mau mengatakan
muak. Hal terpenting yang harus didorong kepada umat ini adalah bagaimana
merefleksi diri. Itikaf merupakan cara yang diajarkan dalam syariat terutama
menjelang akhir-akhir Ramadan.
Niat tulus dan ikhlas orang yang berpuasa
akan melahirkan semangat mengevaluasi diri. Entah bagaimana prosesnya, yang
jelas Allah swt. mendesain dalam suasana yang amat sangat lapar itu, ada
bisikan dari dalam hati, entah itu merencanakan sesuatu, melaksanakannya, atau
juga mengevaluasinya. Percaya atau tidak, cobalah dirasakan.