Khatib berasal dari kata Khatb, Khatib, Khuthbah, Khitabah
berarti perkara yang besar. Oleh karena itu Khatib adalah orang yang membawa
perkara yang besar dan membawa visi dan misi yang besar pula. Yaitu mengajak
kepada jalan yang benar dan mengajak untuk meninggalkan jalan yang tidak benar.
Sedangkan khatib Jum’at adalah orang
yang menyampaikan pesan padaa saat pelaksanaan ibadah shalat jum’at. Biasanya
mereka diangkat atau ditunjuk oleh pengurus masjid berdasarkan kompetensi
pengetahuan yang dimilikinya terrhadap pemahaman keisaman.
Begitu besarnya peran khatib dalam
pelaksanaan shalat jum’at dan tentu memiliki implikasi bagi perubahan ummat.
Tapi ternyata, momentum shalat jum’at ini tidak dapat digarap secara maksimal
oleh para khatib untuk memberikan motivasi
kepada jama’ah yang hadir. Kebanyakan materi yang disampaikan terlalu
kaku, hanya seputar ibadah, amal shaleh, surga dan neraka saja. Sehingga
jama’ah kurang tertarik terhadap tema yang disampaikan khatib. Selain itu tidak
adanya materi yang berkesinambungan sehingga antara khatib satu dengan yang
lainnya menyampaikan materi yang sama, sehingga terkesan materi khutbah stagnan dan itu menambah
kebosanan para jama’ah.
Ekspresi dari ketidak tertarikan
jama’ah terhadap materi khutbah yang disampaikan dapat terlihat dari antusias
dan respon mereka, tak jarang banyak jama’ah yang mengantuk, tertiudur, dan main handphone pada saat khutbah berlangsung.
Dan ini tentu berdampak bagi keabsahan shalat jum’at.
Saya pernah shalat jum’at disalah
satu masjid di Negei jiran Malaysia, saya melihat khatib jum’atnya bagus dalam
penyampaian materi, menyampaikan isu-isu global dan terkini . para jama’ah saya
lihat antusias dan semangat dalam mendengarkan khutbah. Jarang saya lihat ada
yang mengantuk apalagi tertidur, walaupun ada juga satu-satu diantara mereka
yang mengantuk. Yang paling berkesan adalah ketika selesai shalat saya
berdiskusi dengan salah seorang jama’ah. Saya simpulkan bahwa ternyata tema khutbah jum’at di semua masjid di
Malaysia telah dikonsep oleh kerajaan. Jadi materi khutbahya sistematis dan seragam mulai dari masjid –masjid yang
kecil sampai kepada masjid besar/ raya/ Negeri.
Sayang jika, khutbah jum’at tidak
bisa dioptimalkan sebagai sarana dakwah yang sangat efektif bagi perubahan
ummat, jika kita bisa mendesain khutbah jum’at seperti seminar ilmiah dan
motivasi yang selama ini ramai diikuti meski dengan biaya yang mahal, maka
jama’ah akan lebih suka hadir shalat jum’at daripada mengikuti seminar motivasi
yang mengeluarkan cost mahal. Sekai
lagi, Kalau kita bisa mendesain khutbah jum’at dengan bagus.
Solusi nya adalah:
Inovasi Khutbah Jum’t
perlu
perubahan dan pembaharuan khutbah Jum’at. Bukan dari sisi Rukun dan syaratnya,
karena itu sudah ada acuan baku sebagai syari’at yang telah ditetapkan. Materi
khutbah hendaknya menarik bagi para jama’ah. Khatib yang baik, cerdas, dan arif
adalah seoarang yang mampu menyampaikan materi khutbahnya relevan dengan
fenomena dan kondisi yang dialami oleh masyarakat setempat, atau yang sedang
hangat-hangatnya menjadi problematika yang sedang dihadapi kaum muslimin.
Selain itu gagasan yang disampaikan melalui materi khutbah tersebut harus mampu
menjawab dan memberikan solusi terhadap permasalahan kontemporer yang sedang
dihadapi ummat, baik dalam lingkup duniawi maupun ukhrawi.
Khutbah
yang efektif adalah khutbah yang relevan dengan konteks kehidupan zaman ,
tempat, situasi dan kondisi yang sedang berlangsung. Saat ini misalnya
menjelang pilkada serentak, khatib harus memberikan pemahaman kepada jama’ah
mengenai konsep kepemimpinan yang ideal, sehingga bermanfaat bagi mereka dalam
menghadapi pemilu yang sembentar lagi akan dilaksanakan. Bukan mengarahkan
jama’ah untuk memilih kepada salah satu calon. Ingat didalam khutbah jum’at
dilarang berkampanye.
Barangkali
untuk lebih mengakomodir materi khutbah jum’at agar tersampaikan menyeluruh kepada
masyarakat, maka tidak ada salahnya kita mengadopsi apa yang telah dilaksanakan
di Malaysia. yaitu dengan cara membuat semacam silabus materi khutbah Jum’at yang dikonsep oleh Kementrian Agama
lalu dibagikan kepada para khatib. Mengumpulkan dan memberikan sosialisasi
kepada para khatib mengenai inovasi khutbah yang harus mereka samapaikan.
Memberikan penataran bagi para khatib pemula juga sangat penting agar mereka
mengetahui bagaiman teknis khutbah yang ideal.
Dan
tak kalah pentingnya adalah, seorang khatib harus lah menjadi teladan dalam
melakukan suatu perintah, jangan sampai kita memerintahkan suatu amal, tetapi
kita tidak pernah melaksanakannya. Atau kita melarang perbuatan dosa tetapi
justru kita lah yang dominan melanggarnya. Oleh karena itu suksesnya seorang
khatib tidak dilihat dari berapa banyak ia mengisi khutbah diberbagai masjid,
tetapi dilihat dari seberapa besar kesungguhannya menjalkankan ajaran agama dan
kemampuannya menggugah jama’ah untuk menjalankan ajaran agama melalui materi
khutbah yang menarik dan penyampaian yang mempesona.
Begitupula
bagi pengurus takmir masjid yang
ditugaskan mencari dan menunjuk khatib, hendaknya tidak hanya mengangkat khatib
dilihat dari gelar, kedudukan, dan jabatannya semata. Tetapi harus dilihat dari
pemahaman dan pengalamannya menjalankan perintah agama.
Dengan
begitu kedepan para khatib kita dapat kreatif dalam menyampaikan khutbah dan jama’ah tertarik mendengarkan dan melaksanakan
pesan khutbah yang diasampaikan. Lebih jauh lagi penulis berharap melalui
khutbah jum’at dapat terwujud perubahan ummat yang produktif dan berakhlak
mulia.
Semoga