Sabtu, 30 Januari 2016

LGBT: Penyimpangan Moral, Tak Bernalar




Belakangan ini ramai dibicarakan di media masa tentang LGBT (Lesbian, Gay, Bisekual dan Transgender). Tak perlu menjelaskan defenisi ini satu persatu, yang jelas ini merupakan perilaku abnormal yang menyalahi fitrah manusia. Akronim ini mulai tenar di Indonesia sekitar tahun 90-an untuk komunitas mereka yang memiliki “kelainan seksual”. Dan kini menjadi isu Nasional dan global yang banyak menuai protes dari banyak kalangan.

Jika ditilik dari sejarah, sebenanya kasus ini merupakan masalah klasik sejak jaman Nabi Luth dahulu pun memang telah ada. Ceritanya berakhir tragis mereka semua yang mempunyai kelainan itu dibenamkan Allah ke bumi. Tapi cerita itu kini berulang kembali. 

Saya kira, ini merupakan masalah yang sangat serius, mengapa?. Oleh karena dampak yang dihasilkan dari komunitas menyimpang ini sangat berbahaya. Terutama bagi generasi penerus bangsa.

Salah satu contoh kasus yang belum lama ini adalah terungkapnya pernikahan sesama jenis di Bali. Setidaknya sudah ada 14 Negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis. Yang pertama kali melegalkannya adalah Belanda pada 2001 silam. Saya khawatir jika kita tidak menyuarakan ini dengan lantang dan tegas, boleh jadi Indonesia adalah Negara ke-15 yang akan melegalkannya. Mungkin setahun atau dua tahun lagi. Tinggal tunggu waktunya aja.

Bayangkan mau jadi apa dunia ini?. Yang pasti hal ini akan membunuh manusia secara perlahan akibat dari tidak adanya perkembangbiakan manusia lagi. Secara otomatis mana mungkin pernikahan sesama jenis dapat memproduksi manusia baru. Jika sudah demikian tinggal menunggu kiamat peradaban yang pada akhirnya akan muncu kiamat yang sesungguhnya. Benar prediksi Rasulullah 14 Abad yang lalu, bahwa ini termasuk dalam tanda-tanda hari kiamat.  

Sebenarnya telah banyak kalangan yang memprotes ini. Ulama, Negarawan, Akademisi dan hampir semua kalangan yang memiliki nalar sehat pasti menolak komunitas ini. Dari sisi mana pun kita pandang maka tidak ada celah yang membolehkan adanya komunitas ini. Agama atau Pancasila? Dua duanya menentang keras.

Tapi yang menyedihkan adalah banyak juga yang mengkampanyekan ini dengan vokal dan secara tegas/terang-terangan mendukung. Kemana akal sehat mereka? Entah lah..
Mohn maaf jika saya harus mengatakan bahwa orang yang mati-matian membela ini adalah orang yang amoral tak bernalar.