Kamis, 14 Juli 2016

Kapolri Baru: Keniscayaan Regenerasi Kepemimpinan






Pertama, saya ingin sampaikan selamat kepada Pak Kapolri yang baru Jendral Pol. Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A, PhD yang telah dilantik semalam oleh Presiden Joko Widodo dan tadi pagi telah selesai upacara serah terima jabatan dengan Jendral Pol. (Purn) Drs. Badrodin Haiti. Semoga mampu menjalankan amanah yang diemban, kami menanti gebrakan baru dan revolusi di tubuh Polri.

Tentu untuk menjadi pucuk pimpinan sekaliber Kapoli memerlukan perjuangan yang berat. Saya yakin beliau sudah melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan. Tentu banyak juga pengorbanan dan kerja keras serta prestasi yang sudah ditorehkan.

Diawali dari karir beliau sebagai lulusan terbaik Akademi Kepolisian tahun 1987, menjadi Kapolda Papua dan Kapolda Metro Jaya, kepala BNPT hingga sekarang menjadi Kapolri sudah cukup membuktikan bahwa pengalaman beliau tidak diragukan lagi. Ini sekaligus membuktikan bahwa karir beliau melejit bak roket. Memang pengalaman ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Keberanian beliau untuk menegakkan hukum yang tak pandang bulu, menonjol dalam menangani kasus terorisme, membongkar konflik poso dan sering ditugaskan Negara keluar negeri untuk mengikuti berbagai Kursus dan pelatihan menambah pengakuan publik bahwa beliau kaya akan prestasi. Demikian juga gelar MA dan PhD yang disandangnya menambah syarat bahwa seorang pemimpin harus cerdas. Dan ini memang diakui tidak hanya pada lembaga Kepolisisan tapi pada banyak orang juga mengatakan demikian.

Sudahlah, panjang ceritanya jika kita membongkar riwayat hidup beliau, tentu butuh waktu lebih setahun untuk menuliskannya, bahkan kalau dikumpulkan bisa jadi sebuah buku.

Yang penting bagi kita adalah bagaimana mengambil pelajaran pada setiap peristiwa, karna sesungguhnya disana banyak pesan dan tersirat berbagai pengajaran. Setidaknya pelajaran itu adalah: bahwa untuk menjadi pemimpin tidak melulu senioritas, faktanya beliau menjadi Kapolri melangkahi  empat generasi. Tidak selamanya yang senior itu lebih baik dan pantas. Junior pun, kalau memiliki kualifikasi dan kapasitas tidak ada salahnya. kemudian untuk menjadi pemimpin harus memiliki Track record yang baik, cerdas, berprestasi dan kombinasi antara Pengalaman dan lapangan. Butuh proses yang panjang bukan pemimpin “ujuk-ujuk” atau dadakan. Saya kira peristiwa hari ini menjadi catatan baru dalam sejarah dan semoga lembaga dan instansi yang lain mampu mengikuti.

Selamat datang pemimpin muda, bangsa ini menunggu anda.