Rabu, 13 Januari 2016

Fenomena Orang Hilang




Kelompok separatis dan radikal akhir-akhir ini di Negara kita  tumbuh subur bak cendawan yang muncul ketika musim penghujan. Entah mengapa, sepertinya Indonesia merupakan lahan yang sangat potensial sebagai tempat tumbuh dan berkembang gerakan terlarang ini.
Setelah banyaknya aliran sesat yang muncul, baru baru ini juga kemunculan ISIS menjadi perhatian tidak hanya di Indonesia tetapi dunia Internasional ikut merasa resah. dan belakangan ini yang ramai diperbincangkan adalah Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). 
Organisasi ini terbilang masih muda sejak dideklarasikan pada 21 januari 2012 lalu, gerakan ini semakin mengukuhkan keberadaannya. Namun belakangan pemerintah akhirnya memutuskan gafatar adalah organisasi yang terlarang dengan dikeluarkannya surat Ditjen Kesbangpol Kementrian Dalam Negeri tanggal 20 November  2012. Namun sayangnya surat tersebut sepertinya tidak menyurutkan niat organisasi ini untuk menyebarluaskan paham mereka.
Sampai sekarang perhatian masyarakat hingga pejabat publik dan hampir semua media sosial turut memberitakan  gerakan yang terindikasi separatis ini. Beberapa warga dinyatakan hilang dan patut diduga mereka bergabung dengan kelompok ini. Tidak hanya warga biasa, beberapa PNS di beberapa daerah juga dinyatakan hilang selama dua pekan ini diduga keras karena mereka ikut dalam kelompok gafatar.
Sudah lah, kita berdoa saja semoga pemerintah cepat menuntaskan masalah ini. Aamiin.
Tapi saya  ingin melihat dari sisi lain, mengapa orang-orang yang menyatakan secara terang-terangan bergabung disuatu kelompok separatis dan radikal atau kelompok aliran sesat adalah orang yang justru berpendidikan tinggi? Seperti dr Rica Tri Handayani misalnya,  dia dinyatakan hilang pada Desember lalu. Ada juga beberapa PNS yang mengalami nasib yang sama ikut bergabung dengan kelompok terlarang tersebut. Kita juga ingat pristiwa ISIS yang lalu, justru yang menjadi sasaran empuknya adalah mahasiswa. Entah lah…
Lalu bagaimana cara agar tidak mudah terpengaruh dengan kelompok-kelompok radikal dan sparatis ?
Gaul dan Selektif
Menurut pakar psikologi politik Indonesia dari UI, Prof. Dr. Hamdi Muluk, ketika seorang dalam kondisi yang putus asa atau kurang pas, dia akan mencoba mengalami poses pencarian kelompok, jika itu sudah berkaitan dengan spiritual, maka akan menjadi sesuatu yang sacral. Dan ketika ada yang mengajak dan menawarkan kehidupan  dunia dan akhirat yang lebih baik, maka ia cepat ergabung. Jika sudah mengatas namakan tuhan biasanya psikologis mudah larut. Ada kebutujhan untuk mencari pegangan. Itu mutlak.
Agar tidak mudah larut dalam kelompok radikal masyarakat harus bisa berfikir selektif. Kuncinya gaul. Dalam arti yang luas tentunya. Ketika ada paham atau ajaran yang diakui, dipahami dan dipeluk oleh banyak orang. Maka ajaran itu mendekati kebenaran. Sebaliknya, jika suatu paham atau aliran diikuti hanya segelintir orang. Kemungkinan ada tujuan tersembunyi. Maka sebelum masuk kepada suatu kelompok, lebih baik Tanya kanan kiri dulu.

Yang paling penting adalah tidak mudah terpengaruh dan berfikirlah rasional, kalau ada kelompok yang gak jelas, jangan lekas percaya. Disamping itu perkuat spiritual kita masing-masing.
Ok.