Kelompok
separatis dan radikal akhir-akhir ini di Negara kita tumbuh subur bak cendawan yang muncul ketika
musim penghujan. Entah mengapa, sepertinya Indonesia merupakan lahan yang
sangat potensial sebagai tempat tumbuh dan berkembang gerakan terlarang ini.
Setelah
banyaknya aliran sesat yang muncul, baru baru ini juga kemunculan ISIS menjadi
perhatian tidak hanya di Indonesia tetapi dunia Internasional ikut merasa
resah. dan belakangan ini yang ramai diperbincangkan adalah Gerakan Fajar
Nusantara (Gafatar).
Organisasi
ini terbilang masih muda sejak dideklarasikan pada 21 januari 2012 lalu,
gerakan ini semakin mengukuhkan keberadaannya. Namun belakangan pemerintah
akhirnya memutuskan gafatar adalah organisasi yang terlarang dengan
dikeluarkannya surat Ditjen Kesbangpol Kementrian Dalam Negeri tanggal 20
November 2012. Namun sayangnya surat
tersebut sepertinya tidak menyurutkan niat organisasi ini untuk menyebarluaskan
paham mereka.
Sampai
sekarang perhatian masyarakat hingga pejabat publik dan hampir semua media
sosial turut memberitakan gerakan yang
terindikasi separatis ini. Beberapa warga dinyatakan hilang dan patut diduga
mereka bergabung dengan kelompok ini. Tidak hanya warga biasa, beberapa PNS di
beberapa daerah juga dinyatakan hilang selama dua pekan ini diduga keras karena
mereka ikut dalam kelompok gafatar.
Sudah
lah, kita berdoa saja semoga pemerintah cepat menuntaskan masalah ini. Aamiin.
Tapi
saya ingin melihat dari sisi lain,
mengapa orang-orang yang menyatakan secara terang-terangan bergabung disuatu
kelompok separatis dan radikal atau kelompok aliran sesat adalah orang yang
justru berpendidikan tinggi? Seperti dr Rica Tri Handayani misalnya, dia dinyatakan hilang pada Desember lalu. Ada
juga beberapa PNS yang mengalami nasib yang sama ikut bergabung dengan kelompok
terlarang tersebut. Kita juga ingat pristiwa ISIS yang lalu, justru yang
menjadi sasaran empuknya adalah mahasiswa. Entah lah…
Lalu
bagaimana cara agar tidak mudah terpengaruh dengan kelompok-kelompok radikal
dan sparatis ?
Gaul dan Selektif
Menurut
pakar psikologi politik Indonesia dari UI, Prof. Dr. Hamdi Muluk, ketika
seorang dalam kondisi yang putus asa atau kurang pas, dia akan mencoba
mengalami poses pencarian kelompok, jika itu sudah berkaitan dengan spiritual,
maka akan menjadi sesuatu yang sacral. Dan ketika ada yang mengajak dan
menawarkan kehidupan dunia dan akhirat
yang lebih baik, maka ia cepat ergabung. Jika sudah mengatas namakan tuhan
biasanya psikologis mudah larut. Ada kebutujhan untuk mencari pegangan. Itu
mutlak.
Agar
tidak mudah larut dalam kelompok radikal masyarakat harus bisa berfikir
selektif. Kuncinya gaul. Dalam arti yang luas tentunya. Ketika ada paham atau
ajaran yang diakui, dipahami dan dipeluk oleh banyak orang. Maka ajaran itu
mendekati kebenaran. Sebaliknya, jika suatu paham atau aliran diikuti hanya
segelintir orang. Kemungkinan ada tujuan tersembunyi. Maka sebelum masuk kepada
suatu kelompok, lebih baik Tanya kanan kiri dulu.
Yang
paling penting adalah tidak mudah terpengaruh dan berfikirlah rasional, kalau
ada kelompok yang gak jelas, jangan lekas percaya. Disamping itu perkuat spiritual
kita masing-masing.
Ok.