MUTIARA HIKMAH SANG PROFESOR
Tulisan ini akan mengupas sedikit
kenangan ucapan penuh hikmah dan semua
prihal Alm. Prof. Dr. Nur Ahmad Fadil Lubis, MA. Meskipun telah banyak yang
menuturkannya, tetapi tidaklah salah untuk diungkap kembali. Saya coba mengambil
referensi dari mengingat-ingat kembali beberapa perkataan kolega maupun yang
pernah terucap oleh beliau dibeberapa
forum-forum ilmiah yang pernah saya ikuti
.
Berawal dari desa kemudian pindah
kekota lalu melanglang buana melanjutkan studi ke berbagai benua dan menyebarluaskan
ilmunya, menjadi bukti bahwa beliau adalah sosok akademisi yang tangguh. Beliau
adalah dosen tamu Visiting Profesor diberbagai
universitas dalam dan luar negeri. Dikenal tidak hanya pada kancah nasional
tetapi disegani pada level internasional.
Sosoknya yang santun dan berwawasan
luas membuat semua orang kagum dengan kepribadiannya. Seberapa sering mahasiswa
demo berapi-api didepan biro rektor, dengan santai belaiau turun dan menanggapi
berbagai keluhan mahasiswa dengan bahasa yang sangat santun dan persuasif,
hampir setiap demo yang berkecamuk, selalu berakhir dengan happy ending melalui solusi jitu yang beiau tawarkan. Dengan penuh
hormat dan rasa segan bercampur malu
para pendemo satu persatu menyalami beliau dan bubar dengan sendirinya.
Kalau marah, beliu sampaikan lewat
sindiran, sehingga yang bersangkutan saja yang tau bahwa beliau sedang marah.
“Suatu ketika pada forum ilmiah Muzakarah
di MUI Sumatera Utara, ada peserta diskusi yang menaggapi materi beliau
dengan sombong dan mengatakan Demokrasi produksi barat yang liberal. kebetulan
waktu itu materi demokrasi. Beliau hanya menanggapi:
‘ada
orang yang tidak suka demokrasi tetapi terpaksa ikut, karna tak punya pilihan.
Ya, ngak apa-apa’.
Begitu
juga ketika debat calon rektor 3 tahun yang lalau. Beliau menyampaikan untuk
bisa kuliah keluar negeri harus mempunyai kualifikasi bahasa inggris yang baik,
‘Saya sering
menginterview dan merekomendasi mahasiswa USU dan Nomensen yang berangkat
keluar negeri’.
Ada
peserta yang mengacungkan tangan dengan sombongnya berkata:
‘kapan
bapak mengutus mahasiswa sendiri’.
Dengan
santun dan santai beliau tanggapi: ‘yang
saya berangkatkan yang punya kualifikasi, jika anda punya kemampuan bahasa
inggris yang baik datang keruangan saya bicara dengan bahasa inggris akan saya rekomendasikan hari ini juga’.
Peserta
debat terdiam lalu disambut dengan suara riuh tepuk tangan.
Demikian
juga, ketika menaggapi pendapat yang kurang masuk akal, beliau jawab dengan
santun dan sangat logis. Masih dalam forum debat calon rektor, ketika itu salah
satu kandidiat, menyampaikan visi misi ingin memajukan IAIN menjadi kampus
nomor satu didunia. Beliau hanya menanggapi: ‘Saya adalah alumni salah satu kampus terbaik didunia. Saya paham betul
kualifikasi untuk dapat menjadi kampus terbaik didunia. Oleh karena itu jika
saya terpilih saya akan bawa IAIN setara pada level Asia Tenggara saja’.
Sayang,
belum terwujud cita-cita mulia beliau. Beliau telah mendahului kita.
Satu
kali, dalam acara pembukan Book Fair
dikampus, beliau menyampaikan sambutan: ‘
kalau saya pulang dari luar kota atau luar negeri, oleh-oleh saya adalah buku,
kebanyakan kita membawa souvenir dan kuliner. Ini adalah culture/ budaya yang
harus berubah’.
Kebiasaan membaca yang
membuat beliau selalu sehat dan segar. Bahkan pada hari-hari sebelum
meninggalnya, beliau masih konsisten membaca beberapa buku. Ini menunjukkan
beta beliau adalah akademisi sejati. Beliau kaya akan data dan fakta, ketika
berbicara selalu ilmiah termasuk dalam menyampaikan humor-humor segarnya yang
membuat orang banyak tertawa. Gelarnya “ Tuan Guru yang terhormat dan amat
terpelajar” itu pantas baginya, tidak usah perselisihkan lagi.
Rasanya
masih terlalu banyak mutiara hikmah yang bisa digali lebih dalam, tidak akan
cukup waktu sehari untuk menceritakannya. Mudah-mudahan ada orang kreatif yang
dapat menuangkannya dalam bentuk buku sehingga hikmah ini dapat bermanfaat
lebih luas.
Selamat
jalan pak Profesor, kami yakin engkau orang baik dan akan mendapatkan tempat
yang baik pula. Aamin