Kartini Hari Ini
Ibu
kita Kartini
Putri
sejati
Putri
Indonesia
Harum
namaya
Ibu
kita Kartini
Pendekar
bangsa
Pendekar
kaumnya
Untuk
merdeka
Wahai
ibu kita Kartini
Putri
yang mulia
Sungguh
besar cita-citanya
Bagi
Indonesia
Terimaksih
telah menyanyikan lagu ini dengan baik. Lagu ini seolah mengingatkan kita masa
SD dahulu. Tulisan ini sengaja dimulai dengan nyanyian lagu persembahan di hari
yang spesial.
Lahir tanggal 21 April 1879 di
Jepara, Jawa Tengah. Jika diberikan umur yang panjang maka saat ini usia beliau
tepat 137 tahun. Sejak terbitnya Keppres RI no. 108 Tahun 1964 yang menetapkan
R.A Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sampai hari ini Setiap tahun
selalu diperingati dan dikenang oleh banyak orang. Ketokohan, gagasan dan
perjuangannya yang menjadi sebab.
Setelah
lulus sekolah yang setingkat dengan SD, Kartini tidak diperbolehkan orang
tuanya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Ia di pingit
sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Sebenarnya Kartini menentang keras hal
itu, tetapi karena takut di katakana sebagai anak durhaka ia terpaksa menerima
keputusan orang tuanya.
Untuk
menghilangkan kesedihannya, Kartini mengumpulkan buku-buku pelajaran dan banyak
buku ilmiah lainnya termasuk berbagai Koran dan majalah yang setiap hari
dibacanya di taman belakang rumah ditemani bersama si mbok. Kartini sangat hobi
membaca dan berbagi ilmu pengetahuan. Dia mulai mengumpulkan teman-temannya
untuk diajari baca tulis sampai berhasil mendirikan Lembaga Pendidikan yang
diberi nama “sekolah Kartini”.
Saya
yakin kita semua sangat akrab dengan karya fenomenal Kartini, “Door duisternis tot licht” (Habis Gelap
Terbitlah Terang). Adalah kumpulan surat-suratnya untuk sahabat penanya Stella
di Belanda. Karya ini dibuat sekitar tahun1911. Tetapi siapa sangka bahwa
dibalik kecerdasannya Kartini juga terkenal sangat religius. Hal ini dapat
dilihat dari surat yang ia tulis kepada sahabatnya Ny Abendaon tanggal 1
Agustus 1903. “Ingin benar saya
menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah”. Agaknya ungkapan ini
sering luput dari buku-buku sejarah.
Sebagai
seorang yang sangat visioner, Kartini sangat peduli terhadap nasib kaum
perempuan. Cita-citanya untuk menyetarakan perempuan dengan laki-laki melalui
jargon Emansipasi dia peroleh dari hasil korespondensi dengan sahabatnya di
Eropa. Pada awalnya dia ingin agar perempuan bisa bersekolah sama dengan
laki-laki kebanyakan ketika itu. Dia tidak mau perempuan hanya bekerja (di
dapur, di kasur dan di sumur). Tetapi lebih dari sekedar itu.
Saya
yakin masih banyak lagi sisi lain yang bisa dituliskan dari sosok Kartini sang
motivator dan ispirator yang sangat luar biasa, tetapi tulisan ini tidak lah
mungkin menggali tuntas sampai keakarnya.
Yang
terpenting dari itu semua adalah bagaimana kartini hari ini bisa melanjutkan
perjuangan Kartini yang dulu.
Dahulu
Kartini patuh pada perintah orang tuanya, sekarang Kartini berubah menjadi anak
pembangkang dan suka melawan, ketika dinasehati ayah ibunya, malah suaranya yang
lebih tinggi. Dahulu Kartini gigih, rajin belajar dan hobi membaca, sekarang
Kartini lemah, pemalas, hobinya berganti
menjadi shoping, jalan-jalan,
karokean, selfi, dan hura-hura lainnya. Dahulu Kartini peduli sosial, sekarang
kartini anti sosial, cuek dan tidak peduli terhadap sesama. Kartini dahulu
sopan dan religius, Kartini sekarang sangat jauh dari harapan. Dahulu Kartini
di jodohkan, sekarang Kartini berpacaran dan seterusnya….
Percaya
atau tidak kondisi Kartini hari ini sangat memprihatinkan, tanpa harus mengeneralisasi kasus diatas, kita semua
pasti sudah mulai merasakannya.
Entah
lah….