Kamis, 28 April 2016

3 Pekerjaan Sulit





Ada 3 hal yang paling sulit di dunia ini:

1.       1.    Makan dihadapan calon mertua
2.      2. Jualan didepan toko orang
3.      3. Berceramah didepan penceramah

Jangan Tanya dari buku mana  fakta ini didapat, karena pasti tidak akan ketemu walau  diperpustakaan yang paling lengkap sekalipun. Memang  sulit dijelaskan secara ilmiah tapi baru terasa benar manakala langsung dipraktekkan.

Secara pribadi, sejujurnya dua diantara tiga hal diatas sudah pernah saya lakukan (jualan didepan toko orang dan berceramah di depan penceramah).  Kalau untuk makan dihadapan calon mertua. Sampai hari ini belum. Mungkin sebentar lagi akan menyusul. Heheh…

Betapapun seseorang yang sedang berada dalam kondisi yang sangat lapar namun ketika harus memilih makan dihadapan calon mertua saya kira tidak akan bisa membayar penuh rasa lapar yang sedang dirasakan.
 “aku berapa kali makan di depan mertua, tak pernah kenyang”

 “Betul itu, memang tak pernah enak makan kalau di depan mertua, apalagi waktu di depan calon mertua”

Inilah beberapa jawaban yang pernah saya dengar ketika menginterview informan secara random waktu itu. Paling tidak walau belum merasakannya, dua jawaban diatas dan beberapa cerita dari pengalaman orang lain yang pernah terlibat langsung, cukup untuk membuktikan bahwa makan dihadapan calon mertua memang tidak mudah.

Demikian juga ketika kita harus berjualan menumpang dilapak orang lain pastilah tidak mudah. Walaupun sebenarnya kita telah membayar sewa tempat sesuai kesepakatan. Ketika dagangan kita laris terjual, bukan tidak mungkin ada kecemburuan dari toko-toko yang berada disekitar kita. hal ini akan bertambah kacau manakala kita juga menjual barang yang sama  ditempat yang sama. Bisa kita buktikan sendiri banyak pedagang yang kurang ramah dan bertegur sapa sesama mereka.

Terakhir, yang paling susah dikerjakan adalah berceramah didepan penceramah. Seringkali terjadi pada saat Khutbah juma’at, pada kegiatan hari besar Islam atau pada pengajian rutin lainnya. Susah dan segan untuk mengeluarkan kata-kata oleh karena dalam forum yang sama terdapat orang-orang yang lebih pakar. Grogi, ragu-ragu sering kita alami ketika berada dalam situasi seperti ini. Oleh karena itu, selalu ketika mulai membuka  ceramah biasanya  diawalai dengan rasa hormat dan meminta izin kalau ada penceramah lain yang hadir.  Sama  hal nya ketika kita memberikan tausiyah kepada jama’ah yang didalamnya terdapat guru dan orang tua kita, biasanya tidak akan terlalu berapi-api.

Ungkapan ini saya dapat sekitar 5 tahun yang lalu dari guru saya ketika membuka ceramah Isra’ Mi’raj di sekolah. Sampai hari ini belum ditemukan alasan ilmiah mengenai kebenarannya. Tapi saya yakin kita semua sepakat bahwa ini nyata.

Sabtu, 23 April 2016

Alokasi Produktif Kas Masjid




            Sejak awal perjuangan Nabi Muhammad Saw masjid merupakan tempat penting yang menjadi central development (pusat perkembangan) ummat. Begitu pentingnya keberadaan masjid, sehingga  yang pertama sekali dibangun Rasulullah pada awal hijrahya adalah masjid. Dari sini lah kemudian di rancang segala aspek yang berkaitan dengan masalah keummatan. Dahulu masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga sebagai tempat  bermusyawarah terkait dengan politik tidak terkecuali masalah ekonomi, sebagai lembaga pendidikan, dan tempat melaksanakan kegiatan sosial lainnya.

            Kini pemandangan jamak yang tampak adalah mayoritas masjid hampir tidak punya kepedulian terhadap kebutuhan jamaahnya. Hari ini masjid hanya digunakan sebagai tempat beribadah saja. Masjid hanya mampu sebagai tempat menganjurkan kebaikan oleh para khatib dan ustadz yang memberikan tausiyah. Tetapi tidak mampu menjawab persoalan kehidupan secara nyata terutama masalah ekonomi yang semakin hari tersa begitu rumit.

             Dari banyak persoalan yang dialami masjid belakangan ini adalah persoalan kepengurusan, manajemen, dan persoalan laporan keuangan yang tak jelas. Sebenarnya itu semua bersumber dari mata air yang sama. Ya,  krisis kepercayaan.

            Demikian pula, orientasi dari pembangunan masjid hari ini adalah pada bagunan yang mewah nan megah saja, tetapi tidak pernah dipikirkan bagaimana cara agar masjid ramai jamaah yang datang dan mau beribadah. Hal ini bisa kita rasakan sendiri ketika tiba waktu shalat berjama’ah, berapa persen yang ikut berpartisipasi melaksanakan kewajiaban shalat lima waktu?. Sangat memprihatinkan.

            Sekiranya kas masjid dipakai untuk mensejahtrakan ummat, tentu ceritanya akan lain. Misalkan dari ratusan juta kas masjid yang ada ditangan bendahara, diberikan sebagai pinjaman modal usaha bagi mereka yang membutuhkan dengan catatan mudharabah (bagi hasil). Maka kas yang selama ini terpendam akan lebih bermanfat. Disisi lain, secara tidak langsung kita telah menyelamatkan ummat dari permainan rentenir yang kian hari makin menjamur. Dengan demikian sangat boleh jadi jama’ah masjid akan semakin bertambah, karena orang yang kita tolong biasanya akan merasa terutang budi. Bayangkan, hal sederhana ini akan membuat suasana masjid berubah drastis dan secara tidak langsung masjid telah membantu mengentaskan kemiskininan. Saya kira ini merupkan hal sederhana yang mungkin bisa kita lakukan.

Tentu banyak hal lain yang bisa dilakukan. Misalkan membuat Wifi gratis di masjid. Jadi anak-anak kita yang hari ini siang malam nongkrong di warnet dan game online akan beralih kemasjid. Untuk sementara biarlah niat awalnya bukan Lillahita’ala. Lama-kelamaan saya yakin mereka akan ikhlas melaksanakan shalat.

            Sejujurnya, walau terasa kesal kita sangat merindukan suasana bising dan gelak tawa anak-anak ketika shalat maghrib di masjid. Tapi kemana suara itu sekarang?. Menghilang bersama terbenamnya matahari. Dahulu kalau sudah terdengar azan maghrib, ramai anak-anak kita menuju masjid. Sekarang kemana?. Ketika hari jum’at, ramai mereka duduk di shaf paling belakang mendengarkan khutbah membawa catatan shalat jum’at, walau sedikit berisik. Sekarang kemana mereka?. Tv, warnet dan game online hari ini lebih menarik perhatian mereka. Kalau hal ini terus kita diamkan, maka hancurlah harapan kita.

            Oleh karena itu masjidlah satu-satunya tempat efektif yang diharapkan untuk mengumpulkan anak-anak, remaja dan orang tua yang mulai kehilangan arah. Kita cukup memanajemen dengan baik dan saling percaya. Maka hal ini akan lebih mudah diwujudkan. Daripada membangun menara masjid yang menghabiskan anggaran ratusan juta hanya sebagai “cantolan mic saja”. Akan lebih produktif jika kita pergunakan untuk menyelamatkan ummat dari kemiskinan.

            ..………*
           


*Tulisan ini sengaja di gantung dengan harapan pembaca dapat memberikan kontribusi berupa solusi jitu terhadap pemanfaatan kas masjid yang lebih produktif.
           

           

Buku ku Sayang, Buku ku Malang




Tak banyak yang tau kalau hari ini  adalah Wolrd book day and copyright day (hari buku dan hari hak cipta internasional). Buktinya hari ini tak seheboh dua hari yang lalu ketika hari Kartini. Secara pribadi jujur saya katakan bahwa saya baru tahu kalau hari ini hari buku dari TV tadi pagi sekitar pukul 06.00 Wib. Memang 3 hari berturut-turut  sejak 21 April sampai hari ini adalah momen peringatan penting. (21, Hari Kartini, 22, hari Bumi, 23, hari Buku).  Betapun sesungguhnya esensi dari sebuah peringatan itu lebih penting dari pada eforia perayaannya, tapi ini dapat menjadi indikator bahwa minat membaca  kebanyakan  orang belakangan ini kelihatan semakin memprihatinkan.

Berkaca dari historis, hari buku pertama kali di buat tanggal 23 April 1923 oleh seorang penjual buku di Spanyol sebagai cara untuk menghormati penulis Miguel de Carvantes yang meninggal dunia hari itu. Kemudian pada tahun 1995 UNESCO menetapkan bahwa setiap tanggal 23 April diperingati hari buku dan hak cipta Internasional. Demikian sejarah singkatnya.

Saya tidak akan bercerita terlalu jauh, mengingat ini adalah hari buku, saya mencoba melirik dan menata ulang buku yang ada di rak kamar, tadi pagi.  Sudah lebih setengah hari ini saya lakukan. Ternyata banyak buku yang hilang tak tau dimana rimbanya. Saya coba cek di daftar buku yang dipinjam, hampir 50-an yang dipinjam sampai hari ini tak kunjung dikembalikan. Memang kebiasaan ku, suka dan selalu mencatat hal-hal penting. Terutama masalah buku yang dipinjam.  Nama dan alamat peminjam itu lengkap dicatatanku walau tak pernah kutanya saat ia datang meminjam buku.

Dalam salah satu seminar saya pernah mendengar ungkapan “jangan pernah meminjamkan buku anda karena hampir pasti tidak dikembalikan”. Kalu teman anda ngotot, silahkan fotokopi lalu minta pengganti ongkos fotokopi.

Pesan ini sebenarnya telah lama  saya dengar, tetapi selalu terlupakan. Sebab yang meminjam itu adalah sahabat dekat dan kenalan akrab. Pastilah susah untuk menolaknya. Belakangan, gara-gara ungkapan ini saya terpaksa harus berbohong kepada siapa saja yang datang meminjam buku. Prinsipnya sederhana saja, kalau orang terdekat saja sulit mengembalikan buku yang telah dipinjam, konon lagi orang yang tidak terlalu dekat, atau orang lain yang tidak begitu kenal.

Di Indonesia soal amanah dan tanggung jawab memang sangat mudah diucapkan, tetapi sulit ketika dilaksanakan. Hal ini bahkan diperparah ketika satatusnya meminjam tapi merasa memiliki. Ya, dalam bahasa yang agak ekstrim, terlalu banyak di negeri ini orang yang meminjam tetapi merasa memiliki.

Saya tidak bermaksud menyinggung perasaan siapapun yang membaca tulisan ini, tetapi ini hanya nasihat ulangan bagi saya dan kita semua, bahwa setiap baik buruk perbuatan yang kita lakukan akan kembali kepada kita juga.

Soal buku saya yang terlanjur dipinjam tetapi tidak ada harapan dikembalikan, sebenarnya diam-diam sudah saya relakan.


Rabu, 20 April 2016

Kartini Hari Ini



Kartini Hari Ini


Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namaya

Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Terimaksih telah menyanyikan lagu ini dengan baik. Lagu ini seolah mengingatkan kita masa SD dahulu. Tulisan ini sengaja dimulai dengan nyanyian lagu persembahan di hari yang spesial.

            Lahir tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Jika diberikan umur yang panjang maka saat ini usia beliau tepat 137 tahun. Sejak terbitnya Keppres RI no. 108 Tahun 1964 yang menetapkan R.A Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sampai hari ini Setiap tahun selalu diperingati dan dikenang oleh banyak orang. Ketokohan, gagasan dan perjuangannya yang menjadi sebab.

Setelah lulus sekolah yang setingkat dengan SD, Kartini tidak diperbolehkan orang tuanya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Ia di pingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Sebenarnya Kartini menentang keras hal itu, tetapi karena takut di katakana sebagai anak durhaka ia terpaksa menerima keputusan orang tuanya.

Untuk menghilangkan kesedihannya, Kartini mengumpulkan buku-buku pelajaran dan banyak buku ilmiah lainnya termasuk berbagai Koran dan majalah yang setiap hari dibacanya di taman belakang rumah ditemani bersama si mbok. Kartini sangat hobi membaca dan berbagi ilmu pengetahuan. Dia mulai mengumpulkan teman-temannya untuk diajari baca tulis sampai berhasil mendirikan Lembaga Pendidikan yang diberi nama “sekolah Kartini”.

Saya yakin kita semua sangat akrab dengan karya fenomenal Kartini, “Door duisternis tot licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang). Adalah kumpulan surat-suratnya untuk sahabat penanya Stella di Belanda. Karya ini dibuat sekitar tahun1911. Tetapi siapa sangka bahwa dibalik kecerdasannya Kartini juga terkenal sangat religius. Hal ini dapat dilihat dari surat yang ia tulis kepada sahabatnya Ny Abendaon tanggal 1 Agustus 1903. “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah”. Agaknya ungkapan ini sering luput dari buku-buku sejarah.

Sebagai seorang yang sangat visioner, Kartini sangat peduli terhadap nasib kaum perempuan. Cita-citanya untuk menyetarakan perempuan dengan laki-laki melalui jargon Emansipasi dia peroleh dari hasil korespondensi dengan sahabatnya di Eropa. Pada awalnya dia ingin agar perempuan bisa bersekolah sama dengan laki-laki kebanyakan ketika itu. Dia tidak mau perempuan hanya bekerja (di dapur, di kasur dan di sumur). Tetapi lebih dari sekedar itu.

Saya yakin masih banyak lagi sisi lain yang bisa dituliskan dari sosok Kartini sang motivator dan ispirator yang sangat luar biasa, tetapi tulisan ini tidak lah mungkin menggali tuntas sampai keakarnya.

Yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kartini hari ini bisa melanjutkan perjuangan Kartini yang dulu.

Dahulu Kartini patuh pada perintah orang tuanya, sekarang Kartini berubah menjadi anak pembangkang dan suka melawan, ketika dinasehati ayah ibunya, malah suaranya yang lebih tinggi. Dahulu Kartini gigih, rajin belajar dan hobi membaca, sekarang Kartini  lemah, pemalas, hobinya berganti menjadi shoping, jalan-jalan, karokean, selfi, dan hura-hura lainnya. Dahulu Kartini peduli sosial, sekarang kartini anti sosial, cuek dan tidak peduli terhadap sesama. Kartini dahulu sopan dan religius, Kartini sekarang sangat jauh dari harapan. Dahulu Kartini di jodohkan, sekarang Kartini berpacaran dan seterusnya….

Percaya atau tidak kondisi Kartini hari ini sangat memprihatinkan, tanpa harus  mengeneralisasi kasus diatas, kita semua pasti sudah mulai merasakannya.

Entah lah….