Lupakan sejenak hingar-bingar negeri
ini, mulai dari kasus “papa minta saham”, sampai pada kasus artis yang terlibat
perselingkuhan. kini kita fokus pada agenda Nasional yang hari ini sedang kita laksanakan . ya, Pilkada serentak yang sudah jauh-jauh hari
diagendakan oleh para wakil rakyat kita.
Momentum ini merupakan kontes untuk memilih pemimpin pada level Kabupaten/Kota,
dan Provinsi. Sungguh fantastis, anggaran yang di perlukan untuk pesta
demokrasi ini mencapai 10 Triliun. Nominal yang sangat besar pastinya. Anggaran
ini dianggap lebih hemat dan efesien jika dibandingkan manakala pilkada
dilakukan tidak serentak. Hari ini ada sekitar 269 Daerah yang terdiri dari 9
Provinsi, 36 Kota dan 224 Kabupaten. Itu berarti 53% dari 537 kabupaten/kota
yang ada di seluruh Indonesia.
Harapan
kita selaku masyarakat awam tentu simple saja. Agar terjadi perubahan yang
lebih baik. Pendidikan yang terjangkau oleh kalangan bawah, pelayanan kesehatan
yang tidak berbelit-belit, birokrasi yang gampang, harga-harga sembako yang
murah. Yang pada ujungnya kita menemukan Pemimpin yang bersih yang mampu
membawa perubahan. Ya, itu saja.
Kita
selama ini muak dengan kondisi pimpinan kita. Orang yang kita elu-elukan ketika pemilu. Yang menurut
perkiraan kita baik. Ternyata justru menjadi bulan-bulanan KPK. Maka tak heran
jika banyak masyarakat yang tidak bersemangat pada pemilu kali ini terlebih
bagi kalangan awam. Mereka bosan. Karena tidak ada pengaruh sama sekali bagi
keidupan mereka. “Berapa kali pun ganti
pemimpin toh saya tetap begini-begini saja”. Itulah jawaban ibu-ibu penjual
sarapan pagi, yang saya Tanya “sudah ke
TPS bu?”. Saya kira ungkapan ini sudah cekup mewakili antusias masyarakat
untuk ikut memilih pemimpin pada moment ini. Tersa sepi, seperti tidak ada
kejadian apa-apa.
Tentu
bagi kaum intlektual dan para akademisi berbeda menyikapinya. Mereka tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan ini. Satu suara sangat besar pengaruhnya bagi masadepan
suatu daerah. Hak pilih yang telah diberikan harus ditunaikan sebagai
konsekwensi dari Negara demokrasi. Syukur lah masih ada yang sadar akan hal ini
Walaupun
beragam persoalan terjadi dalam pelaksanaan pesta demokrasi kali ini, mulai
dari banyaknya masyarakat yang idak
terdaftar, ada juga terdaftar tapi tidak mendapat surat
undangan. Serangan fajar dengan cara “bagi-bagi amplop” yang ujung-ujungnya
bermuara pada money politic. Dan
masih banyak praktek kecurangan lainnya untuk memenagkan pasangan salah satu
calon.
Begitulah
hiruk pikuk pemilukada kali ini. Yang jelas semua kita berharap agenda yang
menghabiskan anggaran banyak ini mampu membawa perubahan yang lebih baik dimudian
hari. semoga pemimpin yang memperoleh jabatan nantinya dapat bertahan sampai
akhir periode. Bukan terhenti ditengah jalan akibat di jegal oleh KPK seperti pengalaman yang lalu lalu.