Rabu, 09 Desember 2015

PEMILU HARAPAN BARU




            Lupakan sejenak hingar-bingar negeri ini, mulai dari kasus “papa minta saham”, sampai pada kasus artis yang terlibat perselingkuhan. kini kita fokus pada agenda Nasional yang hari ini sedang  kita laksanakan . ya,  Pilkada serentak yang sudah jauh-jauh hari diagendakan oleh para  wakil rakyat kita. Momentum ini merupakan kontes untuk memilih pemimpin pada level Kabupaten/Kota, dan Provinsi. Sungguh fantastis, anggaran yang di perlukan untuk pesta demokrasi ini mencapai 10 Triliun. Nominal yang sangat besar pastinya. Anggaran ini dianggap lebih hemat dan efesien jika dibandingkan manakala pilkada dilakukan tidak serentak.  Hari ini  ada sekitar 269 Daerah yang terdiri dari 9 Provinsi, 36 Kota dan 224 Kabupaten. Itu berarti 53% dari 537 kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia.
Harapan kita selaku masyarakat awam tentu simple saja. Agar terjadi perubahan yang lebih baik. Pendidikan yang terjangkau oleh kalangan bawah, pelayanan kesehatan yang tidak berbelit-belit, birokrasi yang gampang, harga-harga sembako yang murah. Yang pada ujungnya kita menemukan Pemimpin yang bersih yang mampu membawa perubahan.  Ya, itu saja.
Kita selama ini muak dengan kondisi pimpinan kita. Orang yang kita elu-elukan ketika pemilu. Yang menurut perkiraan kita baik. Ternyata justru menjadi bulan-bulanan KPK. Maka tak heran jika banyak masyarakat yang tidak bersemangat pada pemilu kali ini terlebih bagi kalangan awam. Mereka bosan. Karena tidak ada pengaruh sama sekali bagi keidupan mereka. “Berapa kali pun ganti pemimpin toh saya tetap begini-begini saja”. Itulah jawaban ibu-ibu penjual sarapan pagi, yang saya Tanya “sudah ke TPS bu?”. Saya kira ungkapan ini sudah cekup mewakili antusias masyarakat untuk ikut memilih pemimpin pada moment ini. Tersa sepi, seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Tentu bagi kaum intlektual dan para akademisi berbeda menyikapinya. Mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Satu suara sangat besar pengaruhnya bagi masadepan suatu daerah. Hak pilih yang telah diberikan harus ditunaikan sebagai konsekwensi dari Negara demokrasi. Syukur lah masih ada yang sadar akan hal ini
Walaupun beragam persoalan terjadi dalam pelaksanaan pesta demokrasi kali ini, mulai dari banyaknya  masyarakat yang idak terdaftar, ada juga terdaftar tapi tidak mendapat surat undangan. Serangan fajar dengan cara “bagi-bagi amplop” yang ujung-ujungnya bermuara pada money politic. Dan masih banyak praktek kecurangan lainnya untuk memenagkan pasangan salah satu calon.
Begitulah hiruk pikuk pemilukada kali ini. Yang jelas semua kita berharap agenda yang menghabiskan anggaran banyak ini mampu membawa perubahan yang lebih baik dimudian hari. semoga pemimpin yang memperoleh jabatan nantinya dapat bertahan sampai akhir periode. Bukan terhenti ditengah jalan akibat di jegal oleh KPK seperti pengalaman yang lalu lalu.