Ada
hal yang sangat menarik ketika saya mengikuti Seminar Nasional Perang Melawan
Narkoba di Hotel Garuda Plaza Medan hari ini. Acara yang diselenggarakan oleh
LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) Provinsi Sumatera Utara. Tak tangung- tanggung
acara ini menghadirkan langsung pembicara Komjen Budi Waseso kepala BNN Pusat,
Ruhut Sitompul mewakili Komisi 3 DPR RI, dan Prof. Saad Siagian Wakil Rektor III
Unimed dari Praktisi Pendidikan. Turut hadir juga Gubernur Sumatera Utara dan para petinggi lainnya.
Ada
beberapa catatan saya pada pertemuan kali ini tentang darurat Narkoba di negeri
kita tercinta. Saya coba menulis beberapa sintesa dibawah ini:
Pertama,
data yang disampaikan kepala BNN, bahwa hari ini pengguna narkoba di Indonesia
mencapai 5,9 Juta orang. Sebuah angka yang sangat mengejutkan tentunya. Gubrnur
Sumatera Utara dalam sambutannya juga merasakan kekhawatiran yang serius,
beliau mennyampaikan bahwa di Sumatera Utara ada 1,6 juta pemakai narkoba
pemula. Dan dari data BNN bahwa Sumatera Utara peringkat ke 3 sebagai Provinsi
yang paling banyak menggunakan Narkoba.
Disalah
satu daerah di Jawa Timur, Narkoba sudah memasuki kawasan psantren. Ternyata narkoba
juga sudah merambah masuk kesemua tempat, begitu kata kepala BNN.
“ kita
tidak terlalu khawatir dengan korupsi, atau aksi terorisme. Yang dikhawatirkan
bangsa ini adalah narkoba”. Saya
mencoba mencermati ungkapan jendral bintang tiga ini. Ternyata memang benar
demikian.
Ilustrasinya
adalah, Ketika teror bom terjadi lima hari yang lalu di kawasan Sarinah
Jakarta, memang memakan korban. Tapi hanya tujuh orang yang meninggal, tetapi
ada 30-40 orang korban meninggal perhari akibat narkoba. Tentu ini bukan
persoalan yang main-main.
Kedua,
Peredaran Narkoba di Indonesia semakin hari kian tumbuh subur. Tahun 2015 yang
lalu BNN berhasil memusnahkan 3 ton narkoba jenis sabu. Tetapi itu hanyalah 20%
saja dari total sabu yang diperkirakan belum terungkap alias tidak ketahuan. Penikmatnya
juga semakin banyak mulai dari anak-anak TK, sampai kalangan akademis bergelar
Profesor. Tak terkecuali kalangan kaya sampai pada kalangan biasa juga ikut
menikmati barang haram tersebut.
Mengapa
ini sulit di berantas?, saya ingat betul dahulu program pemerintahan era pak
SBY mengatakan bahwa Indonesia bebas Narkoba 2015. Ternyata tidak tercapai, ini
sudah 2016. Hehe
Banyak
pakar yang telah berbicara mengenai solusi narkoba ini pada acara-acara diskusi
ilmiah, namun nyatanya hingga saat ini narkoba masih saja menjadi momok bagi
masayarakat.
Saya
coba menganalisa dari sisi lain, mengapa narkoba ini sulit dibumi hanguskan?
Karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya narkoba ini. Selama ini masyarakat
terkesan membiarkan orang-orang yang mengkonsumsi bahkan yang mengedarkan
narkoba. Atau boleh jadi masyarakat takut melaporkan hal ini kepada pihak yang
berwajib. Paradigma cuek masyarakat ini yang harus dirubah, saya dan kita semua
meskinya menjadi mitra BNN dalam hal pencegahan dan pemberantasan narkoba.
Indonesia ini terlalu luas dan terlalu besar, tidak mungkin kita hanya mengandalkan
kerja dari lembaga tersebut. Mestinya semua kita berperan dalam memerangi
narkoba.
Lebih
lanjut tokoh agama juga seharusnya berperan aktif dalam mengatasi masalah ini. Materi
khutbah seharusnya menyinggung tentang dampak dan bahaya narkoba. Bukan seperti
yang selama ini materi khutbah hanya berkutat pada pahala dan dosa, surga dan
neraka, serta motivasi beribadah lainnya saja. Ini memang perlu. Tetapi akan
lebih menyadarkan masyarakat lagi ketika materi khutbah tersebut simpaikan
lebih kontekstual sesuai dengan permasalahan hari ini. Termasuk masalah
narkoba.
Jika
ini bisa kita lakukan, saya yakin. Walaupun tidak bisa menyapu bersih narkoba
yang ada di Negara kita, minimal dapat mengurangi korban selanjutnya.
Tidakkah
kita kasihan melihat generasi kita hari ini?.