Rabu, 12 April 2023

Puasa dan Kesalehan Sosial

 


Puasa merupakan ibadah yang sangat rahasia. Sangking rahasianya Allah mengatakan dalam Hadis Qudsinya bahwa: "Puasa untukku dan Aku yang akan membalasnya". Selain rahasia, puasa juga merupakan ibadah yang sangat individual, karena hanya seorang hamba dan Allah saja yang tahu.

Tetapi, di balik kesalehan individual yang diharapkan dari puasa, ada banyak nilai-nilai kesalehan sosial dari serangkaian ibadah puasa itu. Misalnya, ketika berbuka puasa, dianjurkan untuk membagi bukaan puasa kepada jiran tetangga, atau orang-orang yang membutuhkan. Sehingga, ada Hadis populer yang dapat dijadikan sandaran dalam hal ini, bahwa Nabi pernah berkata pahala orang yang memberikan makanan bukaan puasa sama dengan pahala orang yang berpuasa. Tentu kadar kesamaan pahala di sini masih perlu diperdebatkan. Tetapi intinya, anjuran berbagi sebagai bentuk kesalehan sosial sangat dikehendaki dari kasus ini.

Berikutnya, pelanggaran terhadap syariat puasa akan dikenakan denda dengan memerdekakan Hamba Sahaya atau puasa selama dua bulan berturut-turut lamanya, atau jika tidak sanggup dapat dengan memberikan makan orang 60 orang miskin. Dari tiga denda ini, dua di antaranya bersifat sosial.

Bagi orang-tertentu yang tidak bisa melaksanakan puasa, misalnya sangat tua renta, atau para pekerja berat yang berhalangan melaksanakan puasa, dapat diganti dengan fidyah dengan memberi makan fakir miskin. Ini pun alternatif yang sangat mulia dan sifatnya sosial.

Sampailah pada penghujung Ramadan, menjelang pelaksanaan salat Idul Fitri, ada satu ibadah sosial yang wajib dikerjakan setiap muslim yang masih hidup, yaitu zakat fitrah. Memberikan 2,5 atau 2,7 kg makan pokok kepada panitia pengumpul zakat, untuk kemudian dibagi kepada delapan asnab (fakir, miskin, petugas zakat (‘Amil), mualaf, orang-orang yang berhutang (gharim), hamba sahaya (budak), mereka yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah) dan musafir kelana dengan tujuan yang positif (Ibnu Sabil).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puncak dari ibadah puasa yang sifatnya individual, akan melahirkan ibadah atau amalan-amalan yang berdampak pada aspek sosial.

Tentu lah, tidak hanya zakat fitrah saja, masih ada zakat harta (maal), ada juga infak, sedekah dan wakaf yang banyak orang melakukannya selama bulan Ramadan karena mengharap berkah dan pahala yang berlipat ganda. Itu semua dilakukan dalam rangka mewujudkan ibadah sosial yang manfaatnya bisa dirasakan secara langsung oleh orang banyak.

Selasa, 11 April 2023

Ramadan Bulan Bersyukur

 


Setidaknya ada dua hal yang perlu disyukuri saat seseorang sedang berpuasa. Pertama, puasa yang dikerjakan itu sebentar. Lebih kurang 13 jam saja. Berbeda dengan negara-negara lain yang bahkan sampai 18 jam. Tidak itu saja, cuacanya juga ekstrim, kalau tidak terlalu dingin, kelewat panas.

Dibandingkan dengan umat terdahulu, ada di antara mereka yang puasanya 40 hari 40 malam, tanpa ada jeda waktu. Ada yang satu hari berpuasa, satu hari berbuka. Ada pula yang puasa khusus tidak berbicara, dan masih banyak lagi.

Kebanyakan dari orang yang berpuasa itu, setelah melampaui 13 jam lebih kurang, mereka akan makan seperti biasa, bahkan frekuensinya melebihi dari biasa. Artinya, puasa yang dilakukan hanya perlu menahan untuk beberapa waktu saja. Setelah itu, bebas mau makan apa pun yang diinginkan.

Jauh di sana ada saudara-saudara kita yang relatif sama pola makannya baik saat puasa maupun di luar puasa, mereka hanya makan dua atau satu kali saja, sederhana, ala kadarnya. Kalau melihat ini, pantaslah kita bersyukur.

Yang kedua, cobalah renungkan: apa yang tidak dikasi Tuhan untuk kita?. Rasanya semua yang pernah diminta sudah diberi. Kalau pun ada yang belum diberi, mungkin belum pantas kita miliki, atau masih ditunda Allah. Mungkin sebentar lagi juga akan datang.

Melalui perenungan yang mendalam, puasa ini menyadarkan kita, ada semacam bisikan batin yang menegur betapa kita harus bersyukur sebanyak-banyaknya. Sebab, nikmat Tuhan mana lagi yang belum kita nikmati?.

Minggu, 09 April 2023

Ramadan Bulan Berdoa

 


Ada dua situasi yang akan Allah kabulkan doa seorang hamba: ketika terzalimi dan saat berpuasa. Hati-hati saat menzalimi orang, kalau bisa jangan pernah berniat apalagi melakukannya. Sekalipun orang yang dizalimi itu tidak membalas, tapi hatinya mengutuk, menyumpah serapah dan besar kemungkinan doanya akan didengar Allah.

Banyak-banyak lah berdoa ketika berpuasa, terutama saat berbuka. Jangan berhenti pada lafal Allahumma laka sumtu..., tambah lagi, minta sebanyak-banyaknya. Sekiranya ada hal penting atau hajat yang belum kesampaian, fokuskan doanya, tingkatkan frekuensinya. Insyallah.

Memang, cara Allah mengabulkan doa bermacam-macam. Ada yang langsung diberi, cash. Sebab yang memintanya sangat butuh. Ada pula yang lama baru diberi, sebab sipeminta belum layak menerimanya.

Ada juga yang ditunda sampai ke akhirat kelak, di dunia ini sama sekali tidak dikabulkan. Tetapi siapa sangka, doa-doa yang tertunda itu akan dikonversi menjadi pahala kebaikan yang akan dipanen oleh seorang hamba itu. Sehingga nanti, di akhirat kelak ada seorang yang merasa heran dengan amalannya yang sangat banyak, jauh dari perkiraannya. Semula ia menduga pastilah ia akan masuk neraka, oleh karena selama di dunia kejahatan yang dilakukan lebih banyak dari kebaikan.

Tetapi, saat hari penentuan itu tiba, Allah menakdirkannya masuk ke dalam surga. Tahu mengapa? Sebab ia sabar menanti doanya, kesabarannya itu kemudian diakumulasi menjadi pahala yang tak terhingga dan menyebabkannya masuk surga.

Ramadhan ini bulan memperbanyak doa, minta lah apa saja, jangan lupa minta sesuai skala prioritas, sesuai dengan kebutuhan. Semakin sering didoakan, semakin besar peluangnya dikabulkan.

Jumat, 07 April 2023

Pesan Nuzul Qur'an

 


Ayat pertama yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad saw. adalah surah al-‘Alq/96: 1-5. Iqra' (membaca) merupakan sebuah perintah penting yang menandai permulaan turunnya kitab suci umat Islam.

Ada yang aneh saat perintah membaca diwahyukan. Sepakat para Sejarawan bahwa Muhammad saw. adalah seorang yang ummi, tidak bisa baca tulis. Tentu hal ini harus dipahami dengan konteks dahulu, dimana tradisi Arab pra Islam adalah tradisi lisan dan hafalan. Kecerdasan seseorang diukur bukan berdasarkan kemampuan baca tulis, melainkan kemampuan hafalan.

Kalau begitu, apa sebenarnya makna terpenting dari perintah membaca itu?. Sambungan ayat itu menjelaskan bahwa membaca dengan nama Tuhanmu (bismi rabbik). Artinya, membaca itu tidak hanya yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Kalau mau pakai istilah mantan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin, bahwa ada satu lagi, membaca yang tersuruk. Entah apa maksudnya, tetapi yang jelas ada hal lain yang penting dibaca dari sekadar membaca tekstual. Banyak konteks yang perlu disingkap untuk menggali makna lebih jauh.

‘Ala kulli hal, dengan turunnya perintah membaca sejak empat belas abad yang lalu, menandai perubahan peradaban Islam dari tradisi lisan menuju tradisi tulisan. Apa pula yang mau dibaca kalau naskahnya (tulisannya) tidak ada?. Nampaknya, saat ini ada pergeseran peradaban di dunia Islam, bahwa ukuran kepintaran, katakan lah di dunia akademik, tidak lagi sekadar mengandalkan hafalan semata, melainkan kemampuan menulis dan mempublikasikannya. Pada saat yang sama, sekarang ini juga sedang menjamur rumah Tahfiz Al-Qur'an yang ingin menghidupkan tradisi menghafal, begitu juga dengan pesantren-pesantren tradisional yang masih membudayakan menghafal sebagai tanda bahwa seorang santri mempunyai kompetensi. Dua-duanya ini baik, hafalan dan tulisan seyogyanya harus membudaya bagi generasi muslim.

Rabu, 05 April 2023

Ramadan Bulan Evaluasi

 


Saat dalam keadaan lapar, biasanya seseorang mudah berempati, berusaha merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam keadaan inilah pengalaman spiritual seseorang sampai pada tingkatan tertinggi. Maka, puasa sebenarnya menghantarkan manusia pada level paling puncak baik secara sosial sekaligus spiritual.

Dalam pada itu, manusia biasanya suka merenung,  berpikir sambil mengevaluasi diri. Apa sebenarnya yang sudah dilakukan?, Bagaimana hasilnya? Apa yang belum maksimal? Apa pula langkah ke depannya?. Dan seterusnya.

Puasa merupakan bulan refleksi diri, artinya perenungan yang datang justru lebih di dominasi dari dalam diri. Akan timbul kesadaran dari dalam diri. Karena itu, sebagian kecil pakar ada yang berpendapat bahwa banyaknya ceramah-ceramah atau tausiyah di bulan Ramadan justru tidak terlalu signifikan dampaknya terhadap kesadaran umat dalam beragama (Islam). Jangan-jangan orang malah bosan kalau tidak mau mengatakan muak. Hal terpenting yang harus didorong kepada umat ini adalah bagaimana merefleksi diri. Itikaf merupakan cara yang diajarkan dalam syariat terutama menjelang akhir-akhir Ramadan.

Niat tulus dan ikhlas orang yang berpuasa akan melahirkan semangat mengevaluasi diri. Entah bagaimana prosesnya, yang jelas Allah swt. mendesain dalam suasana yang amat sangat lapar itu, ada bisikan dari dalam hati, entah itu merencanakan sesuatu, melaksanakannya, atau juga mengevaluasinya. Percaya atau tidak, cobalah dirasakan.

Selasa, 04 April 2023

Investasi Pahala

 


Sesungguhnya orang beriman apabila melakukan suatu dosa, akan terlahir bintik hitam di dalam hatinya. jika dia bertaubat, melepaskan diri dari dosa dan memohon ampun, maka bersihlah hatinya. jika bertambah dosanya, maka bertambah banyak titik noda hitam hingga menutup hatinya” (HR. Tirmizi).

Salah satu penyebab mengapa seseorang malas beribadah adalah karena konsep pahala dan dosa dalam Islam sangat abstrak. Artinya, tidak nampak secara materi, hanya bisa dirasakan oleh orang-orang beriman saja. Sehingga, orang yang salat lima waktu, secara materi tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak salat. Bahkan dari sisi materi, mungkin saja lebih banyak dari orang yang salat, mereka itu berkecukupan hidupnya, bahkan lebih dari cukup.

Sekiranya setiap kali selesai salat, di depan pintu masjid telah ada petugas yang membagi seratus ribu misalnya, pasti masjid-masjid akan penuh sesak. Demikian juga, sekiranya setiap kali seseorang lalai mengerjakan salat ada tanda benjolan di wajahnya, tentulah banyak orang yang akan malu.

Demikian seterusnya, bahwa sekali lagi konsep pahala dan dosa itu sangat abstrak, ngak nampak. Hanya saja Hadis di atas menjelaskan bahwa ada titik hitam yang akan muncul di dalam hati seseorang manakala ia melakukan dosa, itu pun siapa yang tahu?. Akumulasi dari titi-titik hitam itu lah yang kemudian akan menjadi penyakit hati (qalbun marid), hati yang tertutup, hati yang menolak kebenaran dan nasehat-nasehat oleh karena terlalu banyak titik hitam dalam hatinya.

Karena abstraknya pahala dan dosa itu, di dunia ini hampir tidak memberikan bekas apa-apa, tentu ini ukurannya sangat materialis. Barulah kemudian pahala dan dosa itu akan nampak dan terasa ketika seseorang diantarkan ke dalam kuburan. Ketika semua orang telah pergi meninggalkannya di dalam kuburan, datanglah dua malaikat yang akan menanyainya. Pada saat itu, barulah terasa pentingnya tabungan pahala. Menyesal tiada berguna, mau Kembali ke dunia juga tidak bisa.

Sebagai muslim yang baik, kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa pasti ada kehidupan setelah kematian yang lebih kekal dan abadi. Karena itu, dari sekarang perlu berinvestasi pahala sebanyak-banyaknya.

Senin, 03 April 2023

Mengkampanyekan Kebaikan

 


Manusia mempunyai dua kecenderungan: kecenderungan untuk berbuat baik dan berbuat jahat. Dua potensi ini setiap hari bertarung dalam diri kita, mana yang kemudian lebih mendominasi akan muncul sebagai sifat dan kepribadian seseorang. Orang yang dominan sifat berani dalam dirinya akan disebut sebagai pemberani, demikian sebaliknya. demikian seterusnya, orang yang dalam dirinya dominan dengan kebaikan maka ia akan disebut sebagai orang baik.

Di dalam Al-Qur'an surah asy-Syams/91: 7-8 dijelaskan bahwa: " 7) Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-Nya. 8) Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya".

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah sebenarnya memberikan pilihan kepada manusia untuk menjadi orang baik atau menjadi orang jahat. Dua jalan tersebut telah disiapkan Allah, manusia juga disiapkan sarana untuk mempertimbangkannya melalui potensi akal pikiran yang dimilikinya.

Menurut Prof. Quraish Shihab, bahwa sebenarnya manusia lebih cenderung kepada kebaikan. Akan tetapi daya tarik untuk melakukan kejahatan jauh lebih besar daripada daya tarik melakukan kebaikan. Inilah yang menjadi masalah sesungguhnya. Iklan kejahatan lebih massif dilakukan dibungkus dengan strategi marketing yang luar biasa. Sementara iklan kebaikan belum banyak memberikan tawaran-tawaran menarik. Sifatnya hanya sukarela dan sangat individualistik.

Antara mencuri dan memberi, jelas mencuri lebih memberi daya tarik tersendiri, karena secara psikologis seseorang telah diiming-imingi mendapatkan materi dalam jumlah banyak tanpa perlu bekerja keras.  Sementara memberi, secara matematis jelas mengurangi materi yang dimiliki. Adapun soal pahalanya, sangat abstrak sekali, hanya mungkin dirasakan oleh orang-orang yang beriman Saja.

Salat tarawih dengan nongkrong, secara pragmatis, jelas lebih enak nongkrong. bisa menikmati aneka makanan sambil ngobrol kesana kemari. Tarawih lama, capek dan monoton.

Analogi itu memang terkesan jauh dari rasa spiritual atau keimanan. Tetapi, poinnya adalah bagaimana kita mampu mendesain aktivitas keberagamaan kita agar lebih menarik lagi, sehingga kampanye kejahatan di luar sana dapat diimbangi. Ini tentu saja bagi mereka-mereka yang belum mempunyai rasa spiritual yang tinggi. Sehingga, harus dibantu dengan pernak-pernik lain sebagai pendukung.

Barang kali, apa yang telah dilakukan oleh masjid kita: dengan menciptakakan suasana ruangan yang sejuk, pembagian makanan gratis, kemudian penyediaan bantuan kepada yang membutuhkan adalah merupakan satu di antara banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak orang cenderung kepada kebaikan. Kita berharap hal yang serupa bisa dilakukan di tempat-tempat lain.