Bagaimana
membangun negeri ini agar mencapai kemajuan sebagai mana yang diharapkan para founding fathers terdahulu?, adalah
sebuah pertanyaan yang sering muncul belakangan ini. Ramai pakar yang sudah
berbicara di forum-forum ilmiah tentang generasi emas 2045 mendatang.
Diharapkan pada saat usia kemerdekaan bangsa ini genap 100 tahun akan muncul
perubahan yang signifikan dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan
lainnya.
Tiudak
ada cara lain untuk mencapai tujuan diatas kecuali melalui pendidikian yang
layak. itu berarti dimulai dari sekolah. Ya,
dahulu pun ketika Amerika menginginkan kemajuan diawali dari sekolah.
Kita
akan ambil refrensi dari luar, Adalah Jhon F. Kennedy Presiden Amerika ke- 35
memulai pada ruang kelas dan cara belajar anak-anak di sekolah untuk
menghasilkan SDM yang berkualitas yang pada akhirnya akan menciptakan kemajuan
pada suatu negara. ”So whats wrong in our
class room?”. Ini lah sebuah pertanyan besar Kennedy. “Apa yang salah dari
cara belajar kita didalam kelas?”.
Telah
lama saya renungkan pertanyaan ini, tetapi semalam saya temukan jawabanya ketika
mendengar ceramah motivasi dari Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd di MAN 2 Model
Medan. “kalau mau lihat negeri ini lebih baik 20 tahun yang akan datang,
lihatlah bagaimana anak-anak belajar di kelas” demikian ungkapan Rektor UNIMED
yang baru saja meraih peringkat 29 perguruan tinggi terbaik versi
KemenristekDikti.
Banyak
sekali kekeliruan kita selama ini ketika mengajar dikelas, sudah menjadi
kebiasaaan bahwa ceramah dan menghafal
menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya didalam kelas. Padahal
mendengarkan adalah budaya paling rendah dari taksonomi pembelajaran. jika ini
yang terjadi, mustahil akan mendapatkan generasi yang berkualitas. Kelas harusnya
dimodifikiasi bagaimana caranya agar menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan menghasilkan produk sederhana. Kondisi ini diperparah pada
tingkat SD dan SMP, banyak diantara mereka sehari-hari hanya mengerjakan LKS
(Lembar Kerja Siswa), tanpa diberikan penjelasan yang cukup.
Menurut
Prof. Syawal Gultom, bahwa out put
dari belajar itu ada empat:
Pertama,
Menghasilkan penelitian sederhana, jadi setiap mata pelajaran yang diajarkan,
siswa seharusnya dapat melakukan mini
research dalam scope yang sederhana,
bisa saja di sekolah, lingkungan atau keluarga sendiri. Dan ini tentu akan
berdampak besar bagai siswa. Orang yang memiliki jiwa peneliti, akan terhindar
dari sifat berburuk sangka dan cepat percaya, jika mendengar isu maka akan
segera dicarai data dan faktanya bukan langsung ditelan mentah-mentah.
Kedua,
critical book report, baru dikatakan
belajar manakala siswa mampu membaca beberapa buku lalu mampu membandingkannya
dan terakhir dia membuat kesimpulan sendiri terhadap teori-teori dari buku yang
berbeda. Tidak cukup hanya membaca satu buku saja untuk setiap mata pelajaran,
pemahaman siswa harus ditambah dengan berbagai referensi lainnya.
Ketiga,
merekayasa ide, siswa diajak untuk berfikir mengeluarkan gagasannya, terhadap materi
pelajaran dan persoalan yang sedang berkembang. Jadi setiap siswa akan
menghasilkan ide yang berbeda. Bayangkan betapa luar biasanya jika ini dapat
diterapkan?.
Terahir, dari
semua itu bagaiman menciptakan pembelajaran bernuansa kejujuran. Inialah goal yang paling penting, betapa pun
hebatnya pengetahuan anak didik kita jika tidak memiliki sifat yang jujur maka
hanya akan menjadi masalah bangsa ini dikemudian hari. Lihatlah misalnya, siapa
yang korupsi triliunan rupiah uang Negara?, mereka adalah orang-orang pintar. Yang
membakar ratusan hektar hutan di Riau dan Kalimantan?
juga semuanya orang-orang pintar tapi tidak jujur.
Baru
dikatakan belajar manakala empat hal ini bisa diterapkan diruang kelas, jika
tidak, berarti selama ini yang kita lakukan belum belajar, atau hanya sekedar berpura-pura
belajar.