Sabtu, 20 Februari 2016

MEMBANGUN NEGERI DARI SEKOLAH




Bagaimana membangun negeri ini agar mencapai kemajuan sebagai mana yang diharapkan para founding fathers terdahulu?, adalah sebuah pertanyaan yang sering muncul belakangan ini. Ramai pakar yang sudah berbicara di forum-forum ilmiah tentang generasi emas 2045 mendatang. Diharapkan pada saat usia kemerdekaan bangsa ini genap 100 tahun akan muncul perubahan yang signifikan dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan lainnya.

Tiudak ada cara lain untuk mencapai tujuan diatas kecuali melalui pendidikian yang layak. itu berarti dimulai dari sekolah. Ya,  dahulu pun ketika Amerika menginginkan kemajuan diawali dari sekolah.

Kita akan ambil refrensi dari luar, Adalah Jhon F. Kennedy Presiden Amerika ke- 35 memulai pada ruang kelas dan cara belajar anak-anak di sekolah untuk menghasilkan SDM yang berkualitas yang pada akhirnya akan menciptakan kemajuan pada suatu negara. ”So whats wrong in our class room?”. Ini lah sebuah pertanyan besar Kennedy. “Apa yang salah dari cara belajar kita didalam kelas?”.

Telah lama saya renungkan pertanyaan ini, tetapi semalam saya temukan jawabanya ketika mendengar ceramah motivasi dari Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd di MAN 2 Model Medan. “kalau mau lihat negeri ini lebih baik 20 tahun yang akan datang, lihatlah bagaimana anak-anak belajar di kelas” demikian ungkapan Rektor UNIMED yang baru saja meraih peringkat 29 perguruan tinggi terbaik versi KemenristekDikti.

Banyak sekali kekeliruan kita selama ini ketika mengajar dikelas, sudah menjadi kebiasaaan bahwa ceramah  dan menghafal menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya didalam kelas. Padahal mendengarkan adalah budaya paling rendah dari taksonomi pembelajaran. jika ini yang terjadi, mustahil akan mendapatkan generasi yang berkualitas. Kelas harusnya dimodifikiasi bagaimana caranya agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menghasilkan produk sederhana. Kondisi ini diperparah pada tingkat SD dan SMP, banyak diantara mereka sehari-hari hanya mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa), tanpa diberikan penjelasan yang cukup.

Menurut Prof. Syawal Gultom, bahwa out put dari belajar itu ada empat:
Pertama, Menghasilkan penelitian sederhana, jadi setiap mata pelajaran yang diajarkan, siswa seharusnya dapat melakukan mini research dalam scope yang sederhana, bisa saja di sekolah, lingkungan atau keluarga sendiri. Dan ini tentu akan berdampak besar bagai siswa. Orang yang memiliki jiwa peneliti, akan terhindar dari sifat berburuk sangka dan cepat percaya, jika mendengar isu maka akan segera dicarai data dan faktanya bukan langsung ditelan mentah-mentah.

Kedua, critical book report, baru dikatakan belajar manakala siswa mampu membaca beberapa buku lalu mampu membandingkannya dan terakhir dia membuat kesimpulan sendiri terhadap teori-teori dari buku yang berbeda. Tidak cukup hanya membaca satu buku saja untuk setiap mata pelajaran, pemahaman siswa harus ditambah dengan berbagai referensi lainnya.   

Ketiga, merekayasa ide, siswa diajak untuk berfikir mengeluarkan gagasannya, terhadap materi pelajaran dan persoalan yang sedang berkembang. Jadi setiap siswa akan menghasilkan ide yang berbeda. Bayangkan betapa luar biasanya jika ini dapat diterapkan?.

Terahir, dari semua itu bagaiman menciptakan pembelajaran bernuansa kejujuran. Inialah goal yang paling penting, betapa pun hebatnya pengetahuan anak didik kita jika tidak memiliki sifat yang jujur maka hanya akan menjadi masalah bangsa ini dikemudian hari. Lihatlah misalnya, siapa yang korupsi triliunan rupiah uang Negara?, mereka adalah orang-orang pintar. Yang membakar ratusan hektar hutan di Riau dan Kalimantan? juga semuanya orang-orang pintar tapi tidak jujur. 

Baru dikatakan belajar manakala empat hal ini bisa diterapkan diruang kelas, jika tidak, berarti selama ini yang kita lakukan belum belajar, atau hanya sekedar berpura-pura belajar.