TRADISI MENGINGAT MATI
“Di dalam buku Sidi
Gazalba, Agama: Adakah Perlunya? Jika ada apa perlunya, jika tidak buat apa
susah-susah beragama. Mengingat-ingat hari kelahiran bukan tradisi Islam,
teradisi Islam itu mengingat hari kematian. 3 hari, 7 hari, 40 har dst”. (Pernyataan
ini pernah disampaikan dan saya kutip kembali dari Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid,
MA).
Jika
ditelusuri lebih jauh memang pernyataan itu benar adanya. Akan lebih baik jika kita
mengingat kematian daripada hari kelahiran. Mengapa? Ketika kita mengingat
kelahiran/ulang tahun, misalnya. Pasti identik dengan nyanyian riang gembira,
makan besar berpesta pora dan perayaan
yang berlebih-lebian lainnya. Tetapi ketika seseorang mengingat hari kematiannya
maka tidak ada lagi canda, selucu apa pun tidak akan menyebabkan tawa, selezat
apapun makananan tidak akan menimbulkan selera.
Itulah
sebab mengapa kebanyakan disekitar masjid terdapat kuburan. Agar orang-orang
yang shalat fokus/ khusyu’ dan melupakan dunia, ketika selesai ibadah akan
lebih terasa bahwa kelak kita pun akan kembali kepadaNya.
Secara
matematis memang ketika seseorang berulang tahun maka bertambahlah bilangan
usianya. Namun hakikat yang sebenarnya adalah telah berkurang jatah umur yang
diberikan kepadanya. Dalam bahasa yang agak ekstrim ketika seorang berulang
tahun maka semakin dekat lah ia dengan kematian.
Jadi sebenarnya ketika seseorang memperingati
hari kelahirannya (red. Ulangtahun), pada saat yang sama dia sedang
memperingati hari kematiannya.
Tak
ada bekal yang harus dipersiapkan kecuali takwa, beramal lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya dan menjadi pribadi yang mendatangkan manfaat lebih luas
bagi orang lain.
Silahkan
bereforia dihari kelahiran mu, tetapi jangan lupa jatah usiamu semakin
berkurang. Saya tidak mau terlalu panjang menceritakan tentang kematian, seram
dan menkutkan.heheh. tulisan ini hanya respon dari ucapan selamat dari seorang
kepada saya kemarin. “Selamat ulang tahun
pak Ded, sehat selalu. Ini lagi musim-musimnya yang muda-muda meninggal. heheh”.
Ucapan singkat penuh makna yang membuat saya tidak bergairah, tapi dari sisi
spritul sangat berguna untuk penyadaran diri.
Tidak
mungkin terbalas satu persatu dari ratusan ucapan selamat dan doa tulus baik
yang disampaikan langsung maupun lewat media komunikasi lainnya yang saudara/i
berikan. Terimakasih sebanyak-banyaknya saya ucapkan, begitu pula dengan
kejutan dan hadiah yang kalian berikan. Semoga Allah mengabulkan doa-doa baik
kita.