Kamis, 09 Februari 2017

Menakar Kualifikasi Khatib Jum'at

Menakar Kualifikasi Khatib Jum'at

Pemerintah melalui Kementerian Agama berencana akan melakukan Standarisasi bagi para Khatib Jum'at, standarisasi adalah salah satu nama saja dari beberapa nama lain yang sempat ditawarkan seperti sertifikasi dan kode etik bagi para penyambung lidah Tuhan dimuka bumi itu. Terlepas dari apapun namanya, yang pasti wacana ini tengah menjadi  perbincangan hangat bagi banyak orang akhir-akhir ini.


Khutbah Jum'at yang seharusnya menyampaikan wasiat taqwa, mengajak kepada kebaikan sekaligus melarang orang melakukan kemaksiatan, rupanya mulai beralih menjadi sarana kampanye, menebar kebencian dan mengkritik pemerintahan. Fatalnya, hal tersebut disampaikan secara profokatif. Walaupun kondisi ini tidak bisa serta merta kita generalkan kepada semua masjid yang ada. Tapi paling tidak, pemerintah dan sebagian masyarakat nampaknya mulai resah.


Langkah sertifikasi ini dianggap sangat tepat untuk meningkatkan mutu dan kompetensi para Khatib Jum'at. Pada saat yang sama, kebijakan ini juga dianggap menjadi penghambat dan pembatasan ruang gerak bagi para Khatib Jum'at. Inilah yang kemudian menjadi perdebatan panjang yang belum kunjung selesai hingga hari ini.


Saya khawatir jika ini terjadi, bagaimana dengan nasib para Pendeta dan Biksu serta pemuka agama lainnya? Karena mereka juga bagian dari penduduk Negeri ini. Apakah juga akan diberlakukan hal yang sama?. Wah, nampaknya akan semakin rumit dan akan menambah pekerjaan bagi pemerintah. Bagaimana pula dengan tunjangan sertifikasi guru-guru yang selama ini sering tertunda?. Pastinya kebijakan ini akan memakan biaya yang tidak sedikit.


Hemat saya, semua kita sepakat bahwa peningkatan kompetensi dan kualifikasi Khatib Jum'at merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas ummat. Tentu tidak hanya materi khutbahnya saja, tetapi metode penyampaiannya juga harus diperhatikan.


Pemerintah perlu mengajak duduk bersama para pemeimpin ormas Islam dan MUI untuk merumuskan bersama bagaimana konsep yang akan dibuat. Pro dan kontra yang terjadi hari ini saya kira karena kurangnya komunikasi.


Disamping itu, para khatib juga hendaknya setiap saat melakukan peningkatan kualitas diri mereka melalui membaca dan menggali lebih dalam lagi mengenai ajaran Islam yang sesungguhnya. Sehingga mereka bisa menyusun kerangka fikir Khutbah yang lebih kontekstual.