Minggu, 03 Juli 2016

MEMAKSIMALKAN HARI TERAKHIR RAMAHAN





                                                                                      Gambar: Ilustrasi


Menghitung hari, begitulah yang pernah dikatakan oleh Krisdayanti dalam sebuah lagu yang pernah ia populerkan. Tapi ini bukan soal kisah asmara dan percintaaan seperti yang tertuang dalam bait lagu diatas, ini  soal lain. Ya, Ramadan tinggal menghitung hari beberapa saat lagi akan kita lalui.

Kalau kita ibaratkan seperti main game, sesungguhnya yang paling mengasyikkan itu justru yang paling akhir, semakin keujung semakin seru, semakin naik level maka semakin menantang. Tak jarang kita terlena dengannya dan berlarut-larut dalam mengikuti irama permainan yang sedang berlangsung. Katakanlah keseruannya seperti laga piala Eropa yang memasuki perempat final Jerman vs Italia yang berlangsung menjelang subuh semalam. Laga itu berkhir setelah drama adu pinalti yang dimenangkan oleh Jerman dengan skor 6-5. Atau pertandingan yang juga cukup seru antara Prancis vs Islandia dengan kemenangan telak 5-2 yang baru saja berlangsung tadi menjelang subuh.

Begitulah sebenarnya, kalau kita mau mengibaratkan hari-hari terakhir Ramadan ini, sebagai sesuatu yang seru dan menantang atau dengan kata lain diakhir Ramadan ini sebenarnya dapat membangkitkan adrenalin orang-orang mukmin dalam bentuk semangat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas  dalam beribadah.

Tapi sayangnya justru kondisi yang sangat kontras terjadi, pada hari-hari terakhir ramadhan kebanyakan diantara kita justru lengah karena perhatian mereka teralihkan oleh hiruk pikuk mudik, baju lebaran dan aroma kue hari raya yang kian menggoda. Fenomena ini dapat dibuktikan dari semakin majunya saff jamaah di banyak masjid terutama pada saat shalat tarawih.

Didalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa: (“Amal itu yang dinilai adalah akhirnya”). Hadis ini sungguh sangat tepat. Jika ingin menggunakan sedikit nalar kita, bahwa lebih baik mantan preman daripada mantan ustadadz. Mengapa? Karena yang dinilai adalah endingnya. Itulah mengapa dalam istilah kematian kita sering mengenal dengan Husnul Khatimah dan Su’ul Khatimah.

Atau misalkan ada seorang siswa SMU yang selalu mendapat ranking pertama karena nilai rata-rata  semua mata pelajarannya dari kelas satu sampai kelas tiga tinggi. Namun pada saat ujian nasional dia gagal menjawab soal, katakanlah karena kesalahan teknis mesin dengan sistem komputerisasi. Maka semua nilai-nilai yang dia peroleh selama ini seperti tidak ada gunanya.

Jika kita ingin menganalisa lebih jauh, didalam kitab Shahih Bukhari dijelaskan bahwa. Ada seorang pemuda yang semasa hidupnya bandal, kemudian diakhir hayatnya dia memberikan minum seekor anjing yang sedang kehausan dalam riwayat itu dia ditempatkan didalam surga. Adalagi satu kisah seorang yang ahli ibadah yang masuk neraka hanya karena mengurung kucing sampai mati. Terlepas dari hak prerogatif Allah untuk memasukkan hambanya kesurga atau neraka, Lagi-lagi yang dinilai itu adalah amal terakhir yang kita lakukan.

So, mari kita maksimalkan Ramadan yang tinggal dua hari ini dengan memperbanyak dan menyempurnakan ibadah kita. Mudah-mudahan Allah akan memberikan nilai akhir kepada kita dengan nilai yang terbaik. Sehingga harapan kita untuk mendapatkan surga yang telah dijanjikanNya benar-benar dapat kita raih. Aamiin.