Jumat, 26 Februari 2016

OPTIMALISASI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI




Secara etimologi Tri Dharma Perguruan Tinggi berasal dari kata  Tri (tiga) dharma (janji)  “Tiga janji Perguruan  Tinggi”. Adalah sebuah visi misi universal dari setiap lembaga Pendidikan Tinggi di Indonesia. Ia juga merupakan suatu tujuan yang harus diciptakan dan diwujudkan oleh semua lembaga pendidikan tinggi. Mestinya setiap mahasiswa menyadari akan pentingnya hal ini. Sehingga dalam kesehariannya mereka menyadari status mereka sebagai mahasiswa dan tahu persis apa tujuan dan fungsi mereka.

Yang pertama adalah Pendidikan dan Pengajaran. Setiap Perguruan Tinggi wajib melaksanakan pendidikan dan pengajaran secara komprehensif dengan sistem yang telah diatur. Pendidikan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu (transfer of knowledge), transfer keterampilan (transfer of skill), lebih penting dari itu pendidikan harus mampu menjadikan mahasiswa yang berakhlak baik dengan cara mentransfer niali-nilai (transfer of value). Maka sangat diharapkan melalui pendidikan dan pengajaran akan menghasilkan out put yang tidak hanya sekedar pintar dari sisi kognitif dan psikomotorik saja. Tetapi diatas itu semua ranah afektif juga harus dikembangkan.

Agaknya, ini lah yang menjadi masalah semua Perguruan Tinggi di Indonesia saat ini, kurang mampu menciptakan lulusan yang berkarakter baik. Maka kita tidak usah merasa heran kalau banyak sarjana hari ini yang bersikap seolah-olah tidak terpelajar.

Kedua, adalah Penelitian dan Pengembangan. Adalah jamak di ketahuai oleh setiap kita bahwa riset merupakan darahnya Perguruan Tinggi. Sedangkan Perpustakaan adalah jantungnya. Jadi kalau ada mahasiswa yang jarang masuk kampus, sangat boleh jadi itu disebabkan karena kampus tersebut kurang membudayakan penelitian. Kualitas kampus juga sangat ditentukan oleh banyaknya hasil publikasi ilmiah di jurnal Nasional dan Internasional. Meneliti tentu sangat mengasyikkan, dan ini perlu dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi. Sangat miris, ketika perkuliahan hanya sekedar berceramah dan presentasi makalah saja tanpa diadakan penelitian dan menuliskannya. Tetapi ini lah kebanyakan yang terjadi. Akibatnya mahasiswa menjadi malas membaca. Apalagi menulis.
   
Melakukan penelitian sangat lah penting. Mengapa?. Karena jiwa peneliti adalah jiwa yang selektif. Orang yang suka melakukan penelitian tidak akan cepat termakan isu, atau tidak mudah terprovokasi oleh kabar burung. Jika ada suatu berita, maka bagi seorang peneliti sejati akan mengumpulkan data dan fakta terlebih dahulu baru mengambil kesimpulan untuk kemudian menentukan sikap.  Saya kira ini lah yang kurang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi saat ini. akibatnya, banyak demo-demo yang tujuannya untuk kepentingan sepihak saja, disampaikan berbalut anarkis dengan menggunakan bahasa yang kurang santun dalam menyampaikan aspirasinya.
Terahir yang menjadi misi dari perguruan tinggi adalah Pengabdian Kepada masyarakat. Ini juga merupakan hal penting. Karena apapun ceritanya semua kita akan kembali kepada masyarakat. Dengan melakukan pengabdian kepada masyarakat, kita dapat memberikan hal-hal positif, bersosialisasi dan membantu sebahagian kebutuhan masyarakat. Disamping itu kita juga dapat melihat kondisi real masarakat dari dekat yang sebenarnya. Teori yang kita dapatkan di ruangan boleh jadi akan berbanding terbalik dengan kenyataan dilapangan.

Memang ini merupakan program wajib kampus, pengabdian masyarakat (Pema), KKN (Kuliah Kerja Nyata), PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) atau apakah nama lainnya, sudah sering dilakukan. Namun perlu terus ditingkatkan dengan cara memberikan suatu sumbangsih yang nyata bagi masyarakat.setiap kali melaksanakan pengabdian hendaknya harus meninggalkan bekas yang positif di masyarakat. Tidak sekedar formalitas dan terkesan asal jadi seperti yang selama ini.

Andai Tri Dharma Perguruan Tinggi ini bisa kita optimalkan, maka saya yakin semua almamater  kampus baik Negeri dan Swasta akan berhasil. Terlebih lagi bagi para sarjana baru yang lahir setiap tahunnya yang menurut data terahir jumlahnya mencapai 738. 260 tidak akan menambahi pengangguran intelektual. Tentunya hal ini butuh sinergi bukan hanya antara mahasiswa, dosen dan seluruh civitas akademika.
Semoga.  

Sabtu, 20 Februari 2016

MEMBANGUN NEGERI DARI SEKOLAH




Bagaimana membangun negeri ini agar mencapai kemajuan sebagai mana yang diharapkan para founding fathers terdahulu?, adalah sebuah pertanyaan yang sering muncul belakangan ini. Ramai pakar yang sudah berbicara di forum-forum ilmiah tentang generasi emas 2045 mendatang. Diharapkan pada saat usia kemerdekaan bangsa ini genap 100 tahun akan muncul perubahan yang signifikan dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan lainnya.

Tiudak ada cara lain untuk mencapai tujuan diatas kecuali melalui pendidikian yang layak. itu berarti dimulai dari sekolah. Ya,  dahulu pun ketika Amerika menginginkan kemajuan diawali dari sekolah.

Kita akan ambil refrensi dari luar, Adalah Jhon F. Kennedy Presiden Amerika ke- 35 memulai pada ruang kelas dan cara belajar anak-anak di sekolah untuk menghasilkan SDM yang berkualitas yang pada akhirnya akan menciptakan kemajuan pada suatu negara. ”So whats wrong in our class room?”. Ini lah sebuah pertanyan besar Kennedy. “Apa yang salah dari cara belajar kita didalam kelas?”.

Telah lama saya renungkan pertanyaan ini, tetapi semalam saya temukan jawabanya ketika mendengar ceramah motivasi dari Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd di MAN 2 Model Medan. “kalau mau lihat negeri ini lebih baik 20 tahun yang akan datang, lihatlah bagaimana anak-anak belajar di kelas” demikian ungkapan Rektor UNIMED yang baru saja meraih peringkat 29 perguruan tinggi terbaik versi KemenristekDikti.

Banyak sekali kekeliruan kita selama ini ketika mengajar dikelas, sudah menjadi kebiasaaan bahwa ceramah  dan menghafal menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya didalam kelas. Padahal mendengarkan adalah budaya paling rendah dari taksonomi pembelajaran. jika ini yang terjadi, mustahil akan mendapatkan generasi yang berkualitas. Kelas harusnya dimodifikiasi bagaimana caranya agar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menghasilkan produk sederhana. Kondisi ini diperparah pada tingkat SD dan SMP, banyak diantara mereka sehari-hari hanya mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa), tanpa diberikan penjelasan yang cukup.

Menurut Prof. Syawal Gultom, bahwa out put dari belajar itu ada empat:
Pertama, Menghasilkan penelitian sederhana, jadi setiap mata pelajaran yang diajarkan, siswa seharusnya dapat melakukan mini research dalam scope yang sederhana, bisa saja di sekolah, lingkungan atau keluarga sendiri. Dan ini tentu akan berdampak besar bagai siswa. Orang yang memiliki jiwa peneliti, akan terhindar dari sifat berburuk sangka dan cepat percaya, jika mendengar isu maka akan segera dicarai data dan faktanya bukan langsung ditelan mentah-mentah.

Kedua, critical book report, baru dikatakan belajar manakala siswa mampu membaca beberapa buku lalu mampu membandingkannya dan terakhir dia membuat kesimpulan sendiri terhadap teori-teori dari buku yang berbeda. Tidak cukup hanya membaca satu buku saja untuk setiap mata pelajaran, pemahaman siswa harus ditambah dengan berbagai referensi lainnya.   

Ketiga, merekayasa ide, siswa diajak untuk berfikir mengeluarkan gagasannya, terhadap materi pelajaran dan persoalan yang sedang berkembang. Jadi setiap siswa akan menghasilkan ide yang berbeda. Bayangkan betapa luar biasanya jika ini dapat diterapkan?.

Terahir, dari semua itu bagaiman menciptakan pembelajaran bernuansa kejujuran. Inialah goal yang paling penting, betapa pun hebatnya pengetahuan anak didik kita jika tidak memiliki sifat yang jujur maka hanya akan menjadi masalah bangsa ini dikemudian hari. Lihatlah misalnya, siapa yang korupsi triliunan rupiah uang Negara?, mereka adalah orang-orang pintar. Yang membakar ratusan hektar hutan di Riau dan Kalimantan? juga semuanya orang-orang pintar tapi tidak jujur. 

Baru dikatakan belajar manakala empat hal ini bisa diterapkan diruang kelas, jika tidak, berarti selama ini yang kita lakukan belum belajar, atau hanya sekedar berpura-pura belajar.

Sabtu, 13 Februari 2016

FILOSOFI “Bismillahirrahmanirrahim”




“Setiap pekerjaaan yang bermanfaat tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka pekerjaan itu terputus”. (Al-Hadits).

Maksud dari hadis ini adalah bahwa semua pekerjaan yang tidak didahulukan dengan nama Allah (Bismillahirrahmanirrahim) maka pekerjaan itu nilainya kurang dan sedikit manfaat apalagi berkahnya. Ilustrasinya sederhana, seseorang yang makan dengan mengucapkan nama Allah, walaupun sedikitdan sederhana akan merasa kenyang dan menjadi gizi baik serta mendarah daging. Tetapi jika makan tidak dimulai dengan menyebut nama Allah maka sebanyak apapun makanan yang masuk ke perut kita  tidak akan kelihatan dampaknya, makanan hanya sekedar lewat saja, tidak ada gizi yang bisa diserap dan akhirnya hanya akan menjadi ampas yang terbuang.

Contoh lain, orang yang ketika hendak tidur mengucapkan nama Allah, akan berbeda hal nya dengan yang langsung tidur tanpa berdoa, minimal pada suasana tidur dan mimpi yang dirasakan. Yang berdoa sebelum tidur pasti akan mendapatkan kenyamanan dan mimpi  indah dalam tidurnya, sebaliknya yang lupa berdoa  maka tidurnya tidak lelap serta mimpinya tidak enak.

Begitulah seterusnya, sangat banyak sekali manfaatnya jika kita selalu melibatkan Allah dalam segala aktivitas kita  tentunya aktivitas itu yang bermanfaat. Tidak benar jika seseorang yang hendak mencuri atau berbohong mengucapkan nama Allah. Maksudnya Allah harus selalu kita libatkan pada  setiap kegiatan yang bermanfaat dan mengandung unsur kebaikan.

Selain itu, dibalik Bismillahirrahmanirrahim ternyata mengandung banyak filosofi:
Pertama: penghambaan diri kepada Allah. Apapun yang kita lakukan atas nama Allah, dengan demikian segala sesuatau yang kita kerjakan tidak akan menyimpang oleh karena selalu diawasi dan mendapat bimbingan. Selain itu kita juga mengakui bahwa Allah lah yang menentukan segalanya kita manusia hanya mahluk yang tidak berdaya.

kedua: semua aktivitas yang kita mulai harus memohon izin kepada sang Khalik sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan. Manusia pada hakikatnya tidak dapat berbuat sesuatu apapun tanpa ada izin dari Allah. Dengan memohon izin terlebih dahulu kepada yang maha segalanya maka perasan optimis dalam bekerja akan muncul dengan sendirinya, dengan demikian besar kemungkinan suatu pekerjaan itu akan berhasil.

Ketiga: konsekwensi bekerja atas nama Allah berarti pekerjaan yang kita lakukan sesuai dengan kemauan Allah. Pastilah orang yang demikian akan bekerja dengan jujur/amanah, maksimal dalam bekerja, menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan baik pekerjaannya maupun cara mengerjakannya.
Mari kita biasakan melibatkan Allah dalam setiap aktivitas yang bermanfaat, mulailah sesuatu dengan Bismillahirrahmanirrahim.
Wallahua’lam.  

Jumat, 12 Februari 2016

AGAR KITA SELALU BAHAGIA




Tujuan manusia hidup didunia ini adalah meraih kebahagiaan, baik kebahagian dunia terlebih kebahagiaan akhirat. Namun seringkali orang berbeda mengenai konsep kebahagiaan yang sebenarnya. Ada yang mengatakan seseorang akan bahagia jika memiliki harta melimpah, ada juga yang mengatakan bahagia itu ketika mempunyai istri dan anak yang shaleh/shaleha, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Demikian seterusnya perbedaan-perbedaan itu selalu ada.

Contoh, turis-turis mancanegara yang gemar mendaki gunung dan camping di hutan belantara, merasa hal demikian lebih bahagia dibanding ketika mereka berada di Negara asal. Padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kaya. Tetapi mereka merasa tidur di tenda dengan udara malam yang dingin merupakan kebahagiaan tersendiri.
Jadi kebahagiaan itu sulit didefenisikan secara  universal.

Dalam bahasa Al-Qur’an, sering kali kebahagiaan itu diungkapkan dengaan kata”Aflaha “ yang berarti kemakmuran, kebahagiaan, dan keberhasilan.
وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى
Sungguh berbahagia lah orang-orang yang menag hari ini. (QS. Taahaa:64)
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman. (QS. Al-Mukminun:1)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
Sungguh berbahagialah orang-orang yang mensucikan dirinya. (QS. Al-A’la:14)

Ternyata Al-Qur’an sendiri sangat banyak memberikan alternatif kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa berarti kemenangan, keimanan, orang-orang yang mensucikan dirinya dan masih banyak yang lainnya. Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan itu tidak tunggal.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara meraih kebahagiaan itu?. Paling tidak ada 3 cara agar kita bisa selalu merasakan kebahagiaan:

Merubah sudut pandang
Usahakan setiap kali kita bangun tidur, pikiran kita harus selalu positif. Yakin lah bahwa hari itu kita pasti mendapatkan kebahagiaan, semua urusan akan mudah dan tidak ada hambatan dalam setiap aktivitas. Buang semua pikiran begatif, berburuk sangka kepada orang lain apalagi kepada Allah. Ternyata kebahagiaan kita dapat diukur dari pikiran kita. kalau yang kita pikirkan selalu positif maka kebaikan akan datang. Sebaliknya jika negatif yang selalu meliputi pikiran kita maka kesulitan lah yang datang. Mengapa? Karena semua yang kita fikirkan sangat berpotensi untuk kita lakukan. Apa yang kita lakukan akan menjadi kebiasan. Dan kalau sudah menjadi kebiasan maka akan menjadi karakter yang permanen.

Bersyukur
Tidak menjadi ukuran orang kaya harta itu otomatis bahagia. Karena orang terkaya di Jerman, namanya Adolt Marcel menabrakkan dirinya ke Kreta Api. Tidak juga kecantikan menjadi ukuran kebahagiaan seseorang. Karena Marlin Munru adalah artis tercantik di AS tetapi matinya tragis  bunuh diri. Kekuasaan juga tidak menjadikan ukuran orang akan bahagia. Karena Gtulio Vargas mantan Presiden Brazil bunuh diri dengan cara menembakkan pistol kejantungnya. Popularitas dan ketenaran pun tidak bisa menjamin seseorang akan bahagia, karena Michel Jacson meninggal karena over dosis. Kecantikan dan kepintaran juga tidak menjamin kebahagian seseorang. Di Prancis ada dokter cantik yang tewas karena mengkonsumsi obat-obatan terlarang namanya Thiery Costa.  
Orang yang paling bahagia adalah yang paling bersyukur. Dengan bersyukur akan ada tambahan bonus nikmat yang selalu diberikan Allah kepada kita.

Memaafkan
Oarang yang tidak punya sifat pemaaf sangat sulit bahagia. Karena didalam hatinya masiha ada tersisa dendam dan perasaan marah kepada orang lain. Jika hati ini tidak bebas dari polusi marah dan dendam maka kebahagiaan akan sulit datang. Sudahlah, mafkan saja, toh kita juga pernah salah dan dimaafkan orang lain. Atau pantaskah kita sombong dan tidak mau memaafkan orang lain. Sedangkan tiap hari segudang dosa-dosa kita dimaafkan Allah. Minimal cara Allah memaafkannya dengan tidak membukanya didepan khalayak ramai.
Memaafkan memang tidak akan mengubah masa lalu, tetapi berdampak baik bagi masa depan.
Semoga.