Saya
tidak ingin anda salah persepsi tentang judul diatas, atau beranggapan saya
akan menyanyikan “Surat Cintaku yang Pertama” seperti sebuah lagu yang pernah
di populerkan oleh Vina Panduwinata. Ini sungguh hanyalah trik marketing saja.
Kita
masih bicara soal Alquran. Ya, Alquran
“Alquran itu adalah
surat cinta yang diturunkan Allah kepada hambanya”.
Demikian yang pernah dikatakan oleh Imam Ali Karamallahu Wajhah.
Jika
kita ingin bernostalgia sejenak, dahulu pada saat menerima surat cinta dari
sang kekasih tercinta maka tentu kita akan membacanya dengan perasan bahagia. Bukan hanya sekali, tetapi
berulang-ulang surat itu kita baca walau sebenarnya kita sudah tau bahkan hafal
isinya. Bak surat pusaka surat itu terletak dan tersimpan rapi ditempat yang
layak dan terhormat, jika hilang kita merasa sedih dan kecarian. Tidak hanya
itu kita pasti ingin buru-buru membalas surat tersebut dan berharap akan datang
kiriman surat berikutnya.
Sayangnya,
kemampuan menulis surat cinta belakangan ini semakin langka disebabkan oleh
banyaknya media sosial online yang
diangap sebagai media pengganti. Bukan hanya surat cinta, tetapi surat-surat
manual lainnya sudah dianggap kampungan dan ketinggalan zaman. Akibatnya
generasi yang lahir belakangan ini sangat tidak memahami bagaimana berbahasa
yang benar dan santun, lebih dari sekedar itu mereka juga kurang paham akan
keindahan sastra terlebih dalam hal
romantika. Tapi ya sudahlah. Yang penting mereka masih gemar membaca
Alquran daripada bermain ponsel pintar dan membuat status di dinding profil
mereka yang sebenarnya gak penting.
Alangkah
berbahaginya, jika saya dan kita semua memposisikan Alquran sebagai surat cinta
seperti apa yang telah diungkapkan oleh Imam Ali diatas. Kita akan gemar dan
selalu membaca Alquran dan merasa kebahagiaan yang tak terkira akan kita dapati
manakala kita membaca Alquran. Karena itu pula kita akan membacanya
berulang-ulang, memahaminya dan berusaha menghafalnya, tidak akan kita
meletakkannya disembarang tempat, sehari tidak membacanya kita merasa seperti ada
yang kurang.
Demikianlah
seharusnya sikap kita terhadap Alquran. Semoga dipenghujung Ramadhan ini kecintaan kita terhadap Alquran
semakin bertambah.