Kita
patut berbahagia sepertinya dunia pendidikan mulai menerapkan berbagai ide-ide
kreatif dalam bentuk gebrakan baru dan berguna bagi generasi penerus bangsa
yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di semua lini pada masa-masa yang
tidak lama lagi. Kebahagian kita ini sesungguhnya bukanlah pujian yang tak
berdalil. Ada dua bukti nyata yang saya katakana sebagai angin segar bagi dunia
pendidikan:
Pertama,
Permendikbud No. 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan sekolah bagi siswa baru.
Peraturan ini menutup celah perpeloncoan yang berujung pada kematian seperti
yang terjadi dibanyak tempat belakangan ini. Tidak hanya itu melalui peraturan
ini pola MOS (Masa Orientasi Siswa) berubah drastis kini beralih nama menjadi
Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Sebelumnya orientasi bagi siswa
baru di desain dengan menggunakan atribut lucu tak wajar sekaligus tak bernalar
serta format pengenalan dan pembinaan
dari para senioran yang nampaknya miskin ide kini berubah drastis 180 derajat menjadi
lebih bersifat akademis, penggalian potensi dan motivasi kepada siswa baru.
Kegiatan orientasi sekolah secara penuh diambil alih langsung oleh guru, tidak
diserahkan kepada OSIS kalau pun ada sifatnya hanya membantu saja. Pendeknya,
kegiatan orientasi sekolah dilakukan lebih kreatif, edukatif dan masuk akal.
Dirjen
Pendidikan Islam Kementrian Agama juga ikut ambil bagian melalui perubahan nama
orientasi tersebut menjadi MATSAMA (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah) yang
diterapkan secara serentak disemua madrasah melalui pola pembinaan dan penanaman
rasa kebersamaan, saling damai dan menghargai dengan tujuan menjadikan siswa
Madrasah yang unggul dan bermoral.
Kedua
adalah, Surat Edaran dari menteri Anis Baswedan No. 4 tahun 2016 tentang anjuran mengantarkan
anak pada hari pertama sekolah bagi orang tua tak terkecuali ASN yang sedang
bertugas diberi dispensasi. Saya kira ini penting, melibatkan orang tua pada
hari pertama masuk sekolah, dan bukan hanya itu hendaknya setiap hari orang tua
lebih peduli terhadap pelajaran anak di sekolah. Tak payah, temani saja mereka
mengerjakan PR walu kita tidak mengerti apa sebenarnya yang sedang dia
kerjakan. Dengan begitu anak akan merasakan kehadiran orang tua yang peduli
pada masa depannya.
Sebenarnya
telah lama ini di dengungkan oleh tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara
dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan. Yaitu integrasi antara keluarga, sekolah
dan masyarakat. Kalau ketiga elemen ini bersinergi maka saya yakin dunia
pendidikan kita akan semakin maju.
Tidak
akan ada lagi tauran antar pelajar, seks bebas, narkoba dan kriminalisasi
terhadap guru seperti kasus siswa cengeng tak beradab yang mempidanakan gurunya
6 bulan penjara karena dicubit.
Semoga.