Jumat, 12 Februari 2016

AGAR KITA SELALU BAHAGIA




Tujuan manusia hidup didunia ini adalah meraih kebahagiaan, baik kebahagian dunia terlebih kebahagiaan akhirat. Namun seringkali orang berbeda mengenai konsep kebahagiaan yang sebenarnya. Ada yang mengatakan seseorang akan bahagia jika memiliki harta melimpah, ada juga yang mengatakan bahagia itu ketika mempunyai istri dan anak yang shaleh/shaleha, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Demikian seterusnya perbedaan-perbedaan itu selalu ada.

Contoh, turis-turis mancanegara yang gemar mendaki gunung dan camping di hutan belantara, merasa hal demikian lebih bahagia dibanding ketika mereka berada di Negara asal. Padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kaya. Tetapi mereka merasa tidur di tenda dengan udara malam yang dingin merupakan kebahagiaan tersendiri.
Jadi kebahagiaan itu sulit didefenisikan secara  universal.

Dalam bahasa Al-Qur’an, sering kali kebahagiaan itu diungkapkan dengaan kata”Aflaha “ yang berarti kemakmuran, kebahagiaan, dan keberhasilan.
وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى
Sungguh berbahagia lah orang-orang yang menag hari ini. (QS. Taahaa:64)
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman. (QS. Al-Mukminun:1)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
Sungguh berbahagialah orang-orang yang mensucikan dirinya. (QS. Al-A’la:14)

Ternyata Al-Qur’an sendiri sangat banyak memberikan alternatif kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa berarti kemenangan, keimanan, orang-orang yang mensucikan dirinya dan masih banyak yang lainnya. Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan itu tidak tunggal.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara meraih kebahagiaan itu?. Paling tidak ada 3 cara agar kita bisa selalu merasakan kebahagiaan:

Merubah sudut pandang
Usahakan setiap kali kita bangun tidur, pikiran kita harus selalu positif. Yakin lah bahwa hari itu kita pasti mendapatkan kebahagiaan, semua urusan akan mudah dan tidak ada hambatan dalam setiap aktivitas. Buang semua pikiran begatif, berburuk sangka kepada orang lain apalagi kepada Allah. Ternyata kebahagiaan kita dapat diukur dari pikiran kita. kalau yang kita pikirkan selalu positif maka kebaikan akan datang. Sebaliknya jika negatif yang selalu meliputi pikiran kita maka kesulitan lah yang datang. Mengapa? Karena semua yang kita fikirkan sangat berpotensi untuk kita lakukan. Apa yang kita lakukan akan menjadi kebiasan. Dan kalau sudah menjadi kebiasan maka akan menjadi karakter yang permanen.

Bersyukur
Tidak menjadi ukuran orang kaya harta itu otomatis bahagia. Karena orang terkaya di Jerman, namanya Adolt Marcel menabrakkan dirinya ke Kreta Api. Tidak juga kecantikan menjadi ukuran kebahagiaan seseorang. Karena Marlin Munru adalah artis tercantik di AS tetapi matinya tragis  bunuh diri. Kekuasaan juga tidak menjadikan ukuran orang akan bahagia. Karena Gtulio Vargas mantan Presiden Brazil bunuh diri dengan cara menembakkan pistol kejantungnya. Popularitas dan ketenaran pun tidak bisa menjamin seseorang akan bahagia, karena Michel Jacson meninggal karena over dosis. Kecantikan dan kepintaran juga tidak menjamin kebahagian seseorang. Di Prancis ada dokter cantik yang tewas karena mengkonsumsi obat-obatan terlarang namanya Thiery Costa.  
Orang yang paling bahagia adalah yang paling bersyukur. Dengan bersyukur akan ada tambahan bonus nikmat yang selalu diberikan Allah kepada kita.

Memaafkan
Oarang yang tidak punya sifat pemaaf sangat sulit bahagia. Karena didalam hatinya masiha ada tersisa dendam dan perasaan marah kepada orang lain. Jika hati ini tidak bebas dari polusi marah dan dendam maka kebahagiaan akan sulit datang. Sudahlah, mafkan saja, toh kita juga pernah salah dan dimaafkan orang lain. Atau pantaskah kita sombong dan tidak mau memaafkan orang lain. Sedangkan tiap hari segudang dosa-dosa kita dimaafkan Allah. Minimal cara Allah memaafkannya dengan tidak membukanya didepan khalayak ramai.
Memaafkan memang tidak akan mengubah masa lalu, tetapi berdampak baik bagi masa depan.
Semoga.