Tujuan
manusia hidup didunia ini adalah meraih kebahagiaan, baik kebahagian dunia
terlebih kebahagiaan akhirat. Namun seringkali orang berbeda mengenai konsep
kebahagiaan yang sebenarnya. Ada yang mengatakan seseorang akan bahagia jika
memiliki harta melimpah, ada juga yang mengatakan bahagia itu ketika mempunyai
istri dan anak yang shaleh/shaleha, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Demikian
seterusnya perbedaan-perbedaan itu selalu ada.
Contoh,
turis-turis mancanegara yang gemar mendaki gunung dan camping di hutan belantara, merasa hal demikian lebih bahagia
dibanding ketika mereka berada di Negara asal. Padahal sebenarnya mereka adalah
orang-orang kaya. Tetapi mereka merasa tidur di tenda dengan udara malam yang
dingin merupakan kebahagiaan tersendiri.
Jadi
kebahagiaan itu sulit didefenisikan secara
universal.
Dalam bahasa Al-Qur’an,
sering kali kebahagiaan itu diungkapkan dengaan kata”Aflaha “ yang berarti kemakmuran, kebahagiaan, dan keberhasilan.
وَقَدْ
أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى
Sungguh
berbahagia lah orang-orang yang menag hari ini.
(QS. Taahaa:64)
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
Sungguh
berbahagialah orang-orang yang beriman. (QS. Al-Mukminun:1)
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى
Sungguh
berbahagialah orang-orang yang mensucikan dirinya.
(QS. Al-A’la:14)
Ternyata
Al-Qur’an sendiri sangat banyak memberikan alternatif kebahagiaan. Kebahagiaan
itu bisa berarti kemenangan, keimanan, orang-orang yang mensucikan dirinya dan
masih banyak yang lainnya. Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan itu tidak tunggal.
Persoalannya
sekarang adalah bagaimana cara meraih kebahagiaan itu?. Paling tidak ada 3 cara
agar kita bisa selalu merasakan kebahagiaan:
Merubah sudut pandang
Usahakan
setiap kali kita bangun tidur, pikiran kita harus selalu positif. Yakin lah
bahwa hari itu kita pasti mendapatkan kebahagiaan, semua urusan akan mudah dan
tidak ada hambatan dalam setiap aktivitas. Buang semua pikiran begatif,
berburuk sangka kepada orang lain apalagi kepada Allah. Ternyata kebahagiaan
kita dapat diukur dari pikiran kita. kalau yang kita pikirkan selalu positif
maka kebaikan akan datang. Sebaliknya jika negatif yang selalu meliputi pikiran
kita maka kesulitan lah yang datang. Mengapa? Karena semua yang kita fikirkan
sangat berpotensi untuk kita lakukan. Apa yang kita lakukan akan menjadi
kebiasan. Dan kalau sudah menjadi kebiasan maka akan menjadi karakter yang
permanen.
Bersyukur
Tidak
menjadi ukuran orang kaya harta itu otomatis bahagia. Karena orang terkaya di
Jerman, namanya Adolt Marcel menabrakkan dirinya ke Kreta Api. Tidak juga
kecantikan menjadi ukuran kebahagiaan seseorang. Karena Marlin Munru adalah
artis tercantik di AS tetapi matinya tragis bunuh diri. Kekuasaan juga tidak menjadikan
ukuran orang akan bahagia. Karena Gtulio Vargas mantan Presiden Brazil bunuh
diri dengan cara menembakkan pistol kejantungnya. Popularitas dan ketenaran pun
tidak bisa menjamin seseorang akan bahagia, karena Michel Jacson meninggal
karena over dosis. Kecantikan dan kepintaran juga tidak menjamin kebahagian
seseorang. Di Prancis ada dokter cantik yang tewas karena mengkonsumsi
obat-obatan terlarang namanya Thiery Costa.
Orang
yang paling bahagia adalah yang paling bersyukur. Dengan bersyukur akan ada
tambahan bonus nikmat yang selalu diberikan Allah kepada kita.
Memaafkan
Oarang
yang tidak punya sifat pemaaf sangat sulit bahagia. Karena didalam hatinya
masiha ada tersisa dendam dan perasaan marah kepada orang lain. Jika hati ini
tidak bebas dari polusi marah dan dendam maka kebahagiaan akan sulit datang. Sudahlah,
mafkan saja, toh kita juga pernah salah dan dimaafkan orang lain. Atau
pantaskah kita sombong dan tidak mau memaafkan orang lain. Sedangkan tiap hari
segudang dosa-dosa kita dimaafkan Allah. Minimal cara Allah memaafkannya dengan
tidak membukanya didepan khalayak ramai.
Memaafkan
memang tidak akan mengubah masa lalu, tetapi berdampak baik bagi masa depan.
Semoga.