Memang
tidak ada korelasi secara langsung antara pendidik dan buruh. Pendidik ya
pendidik, buruh ya buruh. Pendidik ada di sekolah, buruh ada di pabrik. Tapi saya teringat oleh karena
hari ini adalah hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), dan semalam adalah hari
Buruh Internasional (May Day). Kalau
mau kita cari titik singgung, 2 istilah diatas bisa saja ada kaitannya.
Begini,……
Pendidik
menurut UU No. 20 Thn 2003, Pasal 39 (2) adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.
Sekarang
buruh. Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa buruh adalah orang
yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Boleh jadi buruh tani,
buruh pabrik, buruh tambang dan lain sebagainya. Jika demikian, karyawan dan pegawai juga sama
dengan buruh. Tak terkecuali guru. Pendeknya selama seseorang bekerja untuk
orang lain dan mendapat upah, Maka itu disebut sebagai buruh. Hanya saja
istilah Karyawan dan Pegawai lebih enak kedengarannya.
Jika
ditanya, manakah tugas yang paling mulia, Menjadi Pendidik atau Buruh?. Saya
kira semua kita sepakat bahwa menjadi pendidik adalah tugas yang paling mulia. Jangan tanyakan alasannya.
Tetapi
yang menjadi persoalan adalah ketika
tugas mulia Pendidik hanya dihargai jauh dibawah UMR. Masih banyak guru honorer
yang hanya menerima gaji Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu perbulan. Bahkan ada
yang baru menerima per 3 bulan sekali. Ini sungguh menyedihkan.
Semalam
para buruh beramai-ramai turun ke jalan menuntut kenaikan UMR, menghentikan
kriminalisasi buruh, menolak reklamasi, penggusuran, dan RUU (Tax amnesty). Sekarang hari pendidikan
Nasional para pendidik adem ayem
tenang tetap konsisten dan ikhlas menjalankan tugasnya. Luar biasa.
Saya
kira, tidak mungkin menyamakan Pendidik dengan buruh. Mereka lebih tinggi dan lebih mulia. Ini lah yang harus diupayakan pemerintah, Bagaimana
mensejahtrakan para Pendidik bangsa, soal ikhlas dalam bekerja biarlah
menjadikan urusan individu dengan Tuhan, tetapi kesejahtraan tetap harus
diperhatikan.