وَأَذَانٌ مِنَ
اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ
“
Dan Inilah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kapada ummat manusia”
Belakangan
ini kita lihat orang semakin tak perduli dengan panggilan tuhan. Beragam alasan
yang mereka kemukakan untuk membela diri atas kealpaan mereka menyahuti seruan
tuhan. Mulai dari sedang sibuk bekerja, lagi nanggung, sebentar lagi waktu
masih panjang dan lain sebagainya. Ini menandakan bahwa hari ini kita sudah
berada pada posisi yang riskan. Mengapa?
Jika
panggilan dari sang maha pencipta kita sudah berani mengabaikannya, konon lagi
panggilan dari sesama manusia. Maka hari ini Banyak anak yang tak patuh lagi
kepada orangtuanya, anak buah yang tidak takut kepada atasannya, murid yang
tidak hormat kepada gurunya dan lain-lain. Tak heran jika berbagai kekacauan terjadi pada
diri kita.
Pikiran
kacau, tugas tidak terlaksana dengan baik, harapan jauh dari kenyataan yang
dihadapi. Semua itu terjadi karena kita mengabaikan panggilan tuhan. Maka Allah
marah dan enggan memberikan pertolongan kepada kita. Pantas jika kita berdoa
sepanjang hari tapi tidak di kabulkan Allah, tak sadarkah kita? kalau
panggilan-Nya tidak kita perdulikan maka
otomatis permintaan kita juga tidak akan dihiraukan.
Sehari
semalam paling tidak ada lima kali panggilan Allah kepada manusia, sesuai
dengan jadwal shalat yang telah ditetapkan sebagai syariat bagi orang-orang
yang beriman. Panggilan Allah dikumandangkan oleh suara merdu Muazzin yang tersebar disetiap rumah-rumah
Allah (Masjid) di seluruh penjuru dunia ini. Mereka konsisten dan tak pernah
bosan untuk menyeru agar orang-orang yang beriman mampir sejenak dirumah Allah.
Ya, kira-kira 10-15 menit saja.
Akhir-akhir
ini penghuni masjid ketika masuk waktu shalat terbilang sangat sedikit, pernah
satu kali shalat Zuhur hanya seorang saja yang datang ke masjid untuk
melaksanakan Shalat. Padahal jika dihitung ada ratusan orang yang dipastikan
mendengar suara azan dan berlalu-lalang di depan masjid ketika itu. Saya tidak
percaya jika mereka tidak mendengar suara dari 4 buah loudspeaker yang tergantung kokoh dikubah masjid, atau saya juga
tidak yakin kalu mereka semua ketika itu dalam kondisi sibuk yang tak
terelakkan. Tapi itulah kenyataan nya hanya ada satu orang saja yang datang
masuk kemasjid dan melaksanakan shalat.
Tidak
hanya dikota-kota besar saja, saya amati dimana-mana di berbagai masjid sampai kepelosok
desa yang dulu katanya sebagai tempat yang fanatik terhadap agama, sekarang
sudah jauh berbeda. Jika dahulu menjelang magrib semua orang tua marah kepada
anaknya yang masih keluyuran. Maka sekarang orangtua dan anaknya tidak lagi
keluyuran didepan rumah tetapi bergabung menyaksikan siaran televisi
bersama-sama. Jika dahulu setelah magrib ramai anak-anak mengaji Al-Qur’an, semuanya
berlomba mencapai juz yang paling tinggi. maka sekarang ketika selesai magrib
anak-anak bertanya tentang game yang
lagi ngetrend “sudah level berapa?”. Yang parahnya lagi
justru anak dan orang tuanya kompak tidak mengerjakan shalat.
Saya
hanya ingin berkata, jika kita sudah berani mengabaikan panggilan Tuhan, maka
dapat dipastikan bahwa Tuhan tidak akan memperdulikan kita. Saya kira tidak ada
kemalangan didunia ini yang lebih menyedihkan ketika Tuhan mulai melupakan
kita.