Selasa, 12 Januari 2016

Mengabaikan Panggilan Tuhan




وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ
“ Dan Inilah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kapada ummat manusia”
Belakangan ini kita lihat orang semakin tak perduli dengan panggilan tuhan. Beragam alasan yang mereka kemukakan untuk membela diri atas kealpaan mereka menyahuti seruan tuhan. Mulai dari sedang sibuk bekerja, lagi nanggung, sebentar lagi waktu masih panjang dan lain sebagainya. Ini menandakan bahwa hari ini kita sudah berada pada posisi yang riskan. Mengapa?
Jika panggilan dari sang maha pencipta kita sudah berani mengabaikannya, konon lagi panggilan dari sesama manusia. Maka hari ini Banyak anak yang tak patuh lagi kepada orangtuanya, anak buah yang tidak takut kepada atasannya, murid yang tidak hormat kepada gurunya dan lain-lain.  Tak heran jika berbagai kekacauan terjadi pada diri kita. 
Pikiran kacau, tugas tidak terlaksana dengan baik, harapan jauh dari kenyataan yang dihadapi. Semua itu terjadi karena kita mengabaikan panggilan tuhan. Maka Allah marah dan enggan memberikan pertolongan kepada kita. Pantas jika kita berdoa sepanjang hari tapi tidak di kabulkan Allah, tak sadarkah kita? kalau panggilan-Nya  tidak kita perdulikan maka otomatis permintaan kita juga tidak akan dihiraukan.
Sehari semalam paling tidak ada lima kali panggilan Allah kepada manusia, sesuai dengan jadwal shalat yang telah ditetapkan sebagai syariat bagi orang-orang yang beriman. Panggilan Allah dikumandangkan oleh suara merdu Muazzin yang tersebar disetiap rumah-rumah Allah (Masjid) di seluruh penjuru dunia ini. Mereka konsisten dan tak pernah bosan untuk menyeru agar orang-orang yang beriman mampir sejenak dirumah Allah. Ya, kira-kira 10-15 menit saja.
Akhir-akhir ini penghuni masjid ketika masuk waktu shalat terbilang sangat sedikit, pernah satu kali shalat Zuhur hanya seorang saja yang datang ke masjid untuk melaksanakan Shalat. Padahal jika dihitung ada ratusan orang yang dipastikan mendengar suara azan dan berlalu-lalang di depan masjid ketika itu. Saya tidak percaya jika mereka tidak mendengar suara dari 4 buah loudspeaker yang tergantung kokoh dikubah masjid, atau saya juga tidak yakin kalu mereka semua ketika itu dalam kondisi sibuk yang tak terelakkan. Tapi itulah kenyataan nya hanya ada satu orang saja yang datang masuk kemasjid dan melaksanakan shalat.
Tidak hanya dikota-kota besar saja, saya amati dimana-mana di berbagai masjid sampai kepelosok desa yang dulu katanya sebagai tempat yang fanatik terhadap agama, sekarang sudah jauh berbeda. Jika dahulu menjelang magrib semua orang tua marah kepada anaknya yang masih keluyuran. Maka sekarang orangtua dan anaknya tidak lagi keluyuran didepan rumah tetapi bergabung menyaksikan siaran televisi bersama-sama. Jika dahulu setelah magrib ramai anak-anak mengaji Al-Qur’an, semuanya berlomba mencapai juz yang paling tinggi. maka sekarang ketika selesai magrib anak-anak bertanya tentang game yang lagi ngetrend  “sudah level berapa?”. Yang parahnya lagi justru anak dan orang tuanya kompak tidak mengerjakan shalat.
Saya hanya ingin berkata, jika kita sudah berani mengabaikan panggilan Tuhan, maka dapat dipastikan bahwa Tuhan tidak akan memperdulikan kita. Saya kira tidak ada kemalangan didunia ini yang lebih menyedihkan ketika Tuhan mulai melupakan kita.