Siapa yang tidak tahu
lagu “selimut putih”?
Dahulu
hampir setiap hari setelah selesai Shalat Subuh kira-kira pukul 06.00 Wib, saya sering mendengarkan Lagu Qasidah “selimut
putih”. Awalnya terasa kurang menarik. Tetapi lama-kelamaan karena sering
diputar oleh orang tua saya, jadi suka. Sampai sekarang kalau pulang kampung
saya selalu mendengarkan lagu itu dipagi hari sambil beraktivitas ringan. Hitung-hitung
bernostalgia. Tak hanya itu tentunya, banyak lagi deretan lagu-lagu qasidah
yang tersimpan dalam kepingan cd yang berusia hampir 20 tahun itu.
Lagu
ciptaan Ahmad Baqi dengan nama group orkes El- Surayya ini tidak hanya sekedar
lagu biasa yang mengisi ruang dengar, tetapi dibalik itu tersirat pesan dakwah
yang luar biasa yang membuat merinding seantero pelosok tanah melayu. Suatu ketika
saya berada di Pulau Pinang Malaysia, sore itu saya duduk di salah satu kantin dan
sayup-sayup terdengar lagu selimut putih yang dilantunkan dengan merdu oleh
suara khas Nur Asiah Jamil, qari’ah
Internasional asal Medan. Saya kenal betul dengan lagu dan suara itu. Ternyata saya
Tanya, warga muslim Malaysia hampir semuanya suka dengan lagu ini. Lebih jauh
ternyata di Brunai Darussalam, bahkan di Makkah juga saya pernah mendengar
cerita lagu ini begitu diminati tidak hanya kalangan seniman muslim, tetapi juga
seluruh ummat muslim suka dengan lagu ini.
Kira
kira begini liriknya…
Bila izrail datang memenggil
Jasad terbujur dipembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Sekujur badan kan kedinginan
-
Tak ada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara
Jikalah ada amal di dunia
Itulah hanya pembela kita
-
Jangan lah mau disanjung-sanjung
Engkau digelar manusia agung
Sadarlah diri tau di untung
Sebelum masa kerenda di usung
Jika
boleh menafsirkan secara bebas, lagu ini berisi peringatan akan datangnya
kematian, dan perlunya persiapan Tak boleh sombong dan mengharap pujian dari
manusia, Siapkan amal sebagai bekal terbaik. Selimut putih berarti kain kafan. Penuh
filosofis dan makna yang begitu mendalam, ditambah dengan iringan musik dan
suara merdu penyanyinya yang membuat lagu ini begitu digemari oleh semua
kalangan muslim.
Tapi
itu kan dahulu, sekarang hampir-hampir tak terdengar lagi.
“Selimut
putih” Nur Asiah Jamil kalah dengan “selimut
tetangga” Ruri Herdian Wantogia Repvblik. Kira-kira begini liriknya:
Bersabarlah sayang aku akan pulang
Jangan dengarkan gosip murahan
tentang akau
Berjanjilah sayang tuk slalu setia
Meski kau tak slalu disampingku
-
Tak usah menangis meratapi aku
Tak perlu kau berfikir ku
meninggalkan mu
-
Mana mungkin selimut tetangga
Hangati tubuhku dalam kesunyian
Malam-malam panjang setiap tidurku
Slalu kesepian
Saya tidak tahu persis
lirik yang sebenarnya, hehe. Tapi lebih
kurang begitulah.
Saya
ingin menafsirkan lagu ini secara bebas yaitu, semacam hubungan jarak jauh/ LDR
(Long Distance Relationship). Seorang
kekasih yang terpaksa berpisah sementara dengan pasangannya karena satu urusan.
Dan berjanji tidak akan curang walaupun sering sendirian dalam kesunyian.
Jika
selimut putih tadi bermakna kain kafan, sedangkan selimut tetanga bermakna
perempuan simpanan. Memang tidak bisa membandingkan keduanya ini secara
proporsiaonal sebab membandingkan itu harus setara apel to apel.
Saya
hanya ingin katakana bahwa tendensi manusia hari ini sering melupakan kematian
dan lebih suka dengan perempuan simpanan yang sarat dengan perselingkuhan. Tentu
ini bisa di ukur dari kedua judul lagu diatas dan kita masing-masing bisa melihat
realitas.
Semoga
kita selalu terhindar dari hal yang demikian.