Minggu, 17 Juli 2016

ANGIN SEGAR DUNIA PENDIDIKAN




Kita patut berbahagia sepertinya dunia pendidikan mulai menerapkan berbagai ide-ide kreatif dalam bentuk gebrakan baru dan berguna bagi generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di semua lini pada masa-masa yang tidak lama lagi. Kebahagian kita ini sesungguhnya bukanlah pujian yang tak berdalil. Ada dua bukti nyata yang saya katakana sebagai angin segar bagi dunia pendidikan:

Pertama, Permendikbud No. 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan sekolah bagi siswa baru. Peraturan ini menutup celah perpeloncoan yang berujung pada kematian seperti yang terjadi dibanyak tempat belakangan ini. Tidak hanya itu melalui peraturan ini pola MOS (Masa Orientasi Siswa) berubah drastis kini beralih nama menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Sebelumnya orientasi bagi siswa baru di desain dengan menggunakan atribut lucu tak wajar sekaligus tak bernalar serta format pengenalan dan  pembinaan dari para senioran yang nampaknya miskin ide kini berubah drastis 180 derajat menjadi lebih bersifat akademis, penggalian potensi dan motivasi kepada siswa baru. Kegiatan orientasi sekolah secara penuh diambil alih langsung oleh guru, tidak diserahkan kepada OSIS kalau pun ada sifatnya hanya membantu saja. Pendeknya, kegiatan orientasi sekolah dilakukan lebih kreatif, edukatif dan masuk akal. 

Dirjen Pendidikan Islam Kementrian Agama juga ikut ambil bagian melalui perubahan nama orientasi tersebut menjadi MATSAMA (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah) yang diterapkan secara serentak disemua madrasah melalui pola pembinaan dan penanaman rasa kebersamaan, saling damai dan menghargai dengan tujuan menjadikan siswa Madrasah yang unggul dan bermoral.

Kedua adalah, Surat Edaran dari menteri Anis Baswedan No.  4 tahun 2016 tentang anjuran mengantarkan anak pada hari pertama sekolah bagi orang tua tak terkecuali ASN yang sedang bertugas diberi dispensasi. Saya kira ini penting, melibatkan orang tua pada hari pertama masuk sekolah, dan bukan hanya itu hendaknya setiap hari orang tua lebih peduli terhadap pelajaran anak di sekolah. Tak payah, temani saja mereka mengerjakan PR walu kita tidak mengerti apa sebenarnya yang sedang dia kerjakan. Dengan begitu anak akan merasakan kehadiran orang tua yang peduli pada masa depannya. 

Sebenarnya telah lama ini di dengungkan oleh tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan. Yaitu integrasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Kalau ketiga elemen ini bersinergi maka saya yakin dunia pendidikan kita akan semakin maju.

Tidak akan ada lagi tauran antar pelajar, seks bebas, narkoba dan kriminalisasi terhadap guru seperti kasus siswa cengeng tak beradab yang mempidanakan gurunya 6 bulan penjara karena dicubit. 

Semoga.

Kamis, 14 Juli 2016

Kapolri Baru: Keniscayaan Regenerasi Kepemimpinan






Pertama, saya ingin sampaikan selamat kepada Pak Kapolri yang baru Jendral Pol. Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A, PhD yang telah dilantik semalam oleh Presiden Joko Widodo dan tadi pagi telah selesai upacara serah terima jabatan dengan Jendral Pol. (Purn) Drs. Badrodin Haiti. Semoga mampu menjalankan amanah yang diemban, kami menanti gebrakan baru dan revolusi di tubuh Polri.

Tentu untuk menjadi pucuk pimpinan sekaliber Kapoli memerlukan perjuangan yang berat. Saya yakin beliau sudah melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan. Tentu banyak juga pengorbanan dan kerja keras serta prestasi yang sudah ditorehkan.

Diawali dari karir beliau sebagai lulusan terbaik Akademi Kepolisian tahun 1987, menjadi Kapolda Papua dan Kapolda Metro Jaya, kepala BNPT hingga sekarang menjadi Kapolri sudah cukup membuktikan bahwa pengalaman beliau tidak diragukan lagi. Ini sekaligus membuktikan bahwa karir beliau melejit bak roket. Memang pengalaman ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Keberanian beliau untuk menegakkan hukum yang tak pandang bulu, menonjol dalam menangani kasus terorisme, membongkar konflik poso dan sering ditugaskan Negara keluar negeri untuk mengikuti berbagai Kursus dan pelatihan menambah pengakuan publik bahwa beliau kaya akan prestasi. Demikian juga gelar MA dan PhD yang disandangnya menambah syarat bahwa seorang pemimpin harus cerdas. Dan ini memang diakui tidak hanya pada lembaga Kepolisisan tapi pada banyak orang juga mengatakan demikian.

Sudahlah, panjang ceritanya jika kita membongkar riwayat hidup beliau, tentu butuh waktu lebih setahun untuk menuliskannya, bahkan kalau dikumpulkan bisa jadi sebuah buku.

Yang penting bagi kita adalah bagaimana mengambil pelajaran pada setiap peristiwa, karna sesungguhnya disana banyak pesan dan tersirat berbagai pengajaran. Setidaknya pelajaran itu adalah: bahwa untuk menjadi pemimpin tidak melulu senioritas, faktanya beliau menjadi Kapolri melangkahi  empat generasi. Tidak selamanya yang senior itu lebih baik dan pantas. Junior pun, kalau memiliki kualifikasi dan kapasitas tidak ada salahnya. kemudian untuk menjadi pemimpin harus memiliki Track record yang baik, cerdas, berprestasi dan kombinasi antara Pengalaman dan lapangan. Butuh proses yang panjang bukan pemimpin “ujuk-ujuk” atau dadakan. Saya kira peristiwa hari ini menjadi catatan baru dalam sejarah dan semoga lembaga dan instansi yang lain mampu mengikuti.

Selamat datang pemimpin muda, bangsa ini menunggu anda.

Selasa, 05 Juli 2016

Idul Fitri: Hari Raya Bukan Hari Riya



Idul Fitri: Hari Raya Bukan Hari Riya
Oleh: Dedi Sahputra Napitupulu, S.Pd.I
(Disampaikan dalam Khutbah Idul Fitri 6 Juni 2016 M/ 1 Syawal 1437 H Masjid Taufiq Kabanjahe)





Bapak-bapak, Ibu-ibu hadirin, jama’ah shalat Ied yang berbahagia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

            Hari ini kita berada pada hari kemenangan, hari yang berbahagia, hari yang disambut dengan suka cita. Perlu kita pahami bersama bahwa: Idul fitri sangat berbeda dengan Hari raya dan lebaran. Siapa saja boleh berhari raya dan lebaran, tapi tidak semua orang pantas merayakan hari kemenangan yaitu Idul fitri. Idul fitri hanyalah untuk orang-orang yang menang melawan hawa nafsu dan berhasil melaksanakan puasa ramadan, dan melaksanakan qiyamullail pada malam harinya dengan baik dan benar. Oleh karena itu bagi orang yang tidak melaksanakan puasa, atau tidak sempurna puasanya/belang-belang, maka tidak pantas  baginya Idul fitri.

            Suatu ketika, setelah selesai perang Badar yang dimenangkan oleh pasukan Islam, Rasulullah bersabda : “Raja’na min Jihadil ashghar ila jihadil akbar”. (Kita baru saja selesai melaksanakan perang yang kecil, menuju peperangan yang lebih besar). Sahabat bertanya: “Bukankah perang yang baru selesai adalah perang yang sangat besar ya Rasulullah?”. “Benar, tapi ada perang yang lebih besar yang sebentar lagi akan kita hadapi yaitu perang melawan hawa nafsu”. Puasa ramadhan sejatinya  merupakan perang melawan hawa nafsu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

            Ketahuilah bahwa“An nafsu ahbatsu min sab’ina syayathin” (Nafsu bila bergejolak, lebih jahat daripada 70 setan). Berapa banyak saudara-saudara kita yang tidak puasa disiang hari ramadhan?. Padahal dia muslim, berapa banyak saudara-saudara kita yang tidak shalat? padahal dia seorang muslim. Berapa banyak saudara-saudara kita yang melanggar perintah Allah padahal dia tahu, dan dia adalah seorang muslim. Karena hawa nafsunya tidak bisa ia kendalikan. Beruntung lah kita yang telah melaksanakan puasa dibulan suci Ramadan selama sebulan penuh dan berhasil melawan hawa nafsu tersebut.

            Sebelum kita sampai pada puncak hari yang suci, maka pastikan kita telah mensucikan diri kita terlebihdahulu dengan cara membayar zakat fitrah untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya. “Zakatul fitri thuhratul lishaimi minal laghwi warrafats” (Zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi orang-orang yang puasa dari kotoran dosa dan kata-kata yang keji). “Shaumul ‘abdu mualllaqum bainas samaa’i wal ardi hatta yu’addiya shadaqatul fitri” (Puasa seorang hamba tergantung diantara langit dan bumi sampai dia membayar zakat fitrah). Namun kedepannya perlu kita adakan perubahan dari sisi pembayaran dan pembagian zakat fitrah agar lebih tepat sasaran. Hendaknya untuk tahun-tahun yang akan datang kita lebih cepat membayar zakat fitrah dan menyegerakan untuk membagikan kepada yang berhak menerimanya, supaya zakat yang kita keluarkan lebih produktif digunakan oleh orang-orang yang membutuhkan.

            Lalu, bagaimana cara kita merayakan Idul fitri?, haruskah dengan baju baru, haruskah dengan makan kue lezat yang mahal, minum sirup dengan merk ternama?. Tidak. “Laysal Ied bi libasin jadid, walakinnal ied bi thoatiy yazid” (Idul fitri bukan berarti baju baru, tetapi Idul fitri berarti ketaatan yang baru),  kesalehan yang baru, ketundukan pada perintah Allah, dan konsisten meninggalkan semua yang dilarang Allah. Berapa banyak saudara-saudara kita yang menjadikan moment Idul fitri sebagai ajang pamer, untuk bermegah-megahan, supaya dilihat orang paling hebat. Bukan itu. Kita berhari raya bukan hari Riya. Oleh karenanyaa tampillah sebagai pribadi muslim yang sederhana dalam bingkai ketawadu’an kepada Allah. Sekali lagi, hari ini adalah hari raya bukan hari Riya.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Dalam ayat yang cukup panjang Allah menjelaskan, bagaimana sikap kita menyambut Idul fitri: ÙˆَÙ„ِتُÙƒْÙ…ِÙ„ُوا الْعِدَّØ©َ ÙˆَÙ„ِتُÙƒَبِّرُوا اللَّÙ‡َ عَÙ„َÙ‰ Ù…َا Ù‡َدَاكُÙ…ْ ÙˆَÙ„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَØ´ْÙƒُرُونَ
(Dan hendaklah kamu menyempurnakan jumlah bilangan puasamu, dan bertakbir kepada Allah atas petunjuknya supaya kamu bersyukur).

Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya bagi kita kaum muslimin untuk menyempurnakan bilangan puasa kita, Alhamdulillah pada tahun ini kita genap berpuasa 30 hari. setelah puasa kita cukupkan barulah kita bertakbir mengagungkan nama Allah. Silahkan kita turun kejalanan, konvoi mengagungkan nama Allah dengan catatan harus tertib dan tidak melanggar norma-norma serta peraturan yang berlaku.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Setelah ini ada agenda yang tidak kalah pentingnya yaitu Silaturrahmi. Yang pertama yang harus kita datangi dan salami meminta izin dan memohon maaf adalah orang tua kita. Orang tua kita ada tiga, yang pertama ayah dan ibu kandung kita. Terutama ibu yang telah mengandung, menyusui dan melahirkan kita, semua itu tidak akan mungkin terbalaskan walau kita berikan semua harta benda yang kita miliki. Bagi ayah dan Ibu yang sudah mendahului kita berziarahlah dan mendoakannya supaya diberi ampunan oleh Allah. Inilah yang harusnya kita lakukan pertama kali, bukan jalan-jalan, rekreasi, masang mercun/petasan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang bermanfat, justru mubazzir.

Orang tua kita yang kedua adalah guru-guru kita, datanglah kerumahnya, salami beliau. Terutama guru-guru Agama yang pernah mengajarkan kita shalat, membaca Alqur’an. Tanpa guru tidak ada presiden, tanpa guru tidak ada mentri, tanpa guru kita bukan lah siapa-siapa. Orang tua kita yang ketiga adalah mertua, juga perlu kita bersilaturrahmi minta maaf kepada mereka. Barulah setelah itu kita bersimaafan dengan family dan jiran tetangga kita lainnya.

Akhirnya mari kita lanjutkan semangat puasa ramadhan, untuk sebelas bulan yang akan datang. Hari ini kita kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan. Mari kita jaga kesucian hari ini untuk hari-hari berikutnya. Jangan kita menjadi orang yang pernah disindir Allah dalam Alqur’an surah An nahal: 92                                                                 
ÙˆَÙ„َا تَÙƒُونُوا ÙƒَالَّتِÙŠ Ù†َÙ‚َضَتْ غَزْÙ„َÙ‡َا Ù…ِÙ†ْ بَعْدِ Ù‚ُÙˆَّØ©ٍ Ø£َÙ†ْÙƒَاثًا

(Dan jangan lah kamu, menjadi seperti seorang perempuan pemintal benang, pagi dia rajut benangnya menjadi kain, malam dia cerai berai kembali). Arang habis, besi binasa yang kerja capek saja. Mari kita lanjutkan semangat puasa ini, kalau selama ramadan kita mampu menjaga diri dari perbuatan dosa, maka mari kita lanjutkan untuk hari-hari berikutnya. Kalau selama puasa kita sering berbagi, mari kita lanjutkan setelah ini, kalau selama puasa kita banyak melakukan ibadah, mari kita lanjutkan, kita teruskan sampai kita menemui Ramadan tahun depan.

            Indikator orang yang berhasil melaksanakan ibadah puasa Ramadan itu adalah:

1.      Semakin meningkat kualitas kesalehan sosial dan kesalehan individualnya
2.      Jiwanya semakin dipenuhi dengan nuansa keimanan
3.      Hatinya sanggup berempati dan peka terhadap penderitaan orang lain.

Jika kita bisa melanjutkan semangat puasa ramadhan ini untuk hari-hari berikutnya, maka kedepan kita akan menjadi orang yang lebih baik. Mudah-mudahan Allah SWT memanjangkan umur kita sampai Ramadan tahun depan. Aamiin.




Minggu, 03 Juli 2016

MEMAKSIMALKAN HARI TERAKHIR RAMAHAN





                                                                                      Gambar: Ilustrasi


Menghitung hari, begitulah yang pernah dikatakan oleh Krisdayanti dalam sebuah lagu yang pernah ia populerkan. Tapi ini bukan soal kisah asmara dan percintaaan seperti yang tertuang dalam bait lagu diatas, ini  soal lain. Ya, Ramadan tinggal menghitung hari beberapa saat lagi akan kita lalui.

Kalau kita ibaratkan seperti main game, sesungguhnya yang paling mengasyikkan itu justru yang paling akhir, semakin keujung semakin seru, semakin naik level maka semakin menantang. Tak jarang kita terlena dengannya dan berlarut-larut dalam mengikuti irama permainan yang sedang berlangsung. Katakanlah keseruannya seperti laga piala Eropa yang memasuki perempat final Jerman vs Italia yang berlangsung menjelang subuh semalam. Laga itu berkhir setelah drama adu pinalti yang dimenangkan oleh Jerman dengan skor 6-5. Atau pertandingan yang juga cukup seru antara Prancis vs Islandia dengan kemenangan telak 5-2 yang baru saja berlangsung tadi menjelang subuh.

Begitulah sebenarnya, kalau kita mau mengibaratkan hari-hari terakhir Ramadan ini, sebagai sesuatu yang seru dan menantang atau dengan kata lain diakhir Ramadan ini sebenarnya dapat membangkitkan adrenalin orang-orang mukmin dalam bentuk semangat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas  dalam beribadah.

Tapi sayangnya justru kondisi yang sangat kontras terjadi, pada hari-hari terakhir ramadhan kebanyakan diantara kita justru lengah karena perhatian mereka teralihkan oleh hiruk pikuk mudik, baju lebaran dan aroma kue hari raya yang kian menggoda. Fenomena ini dapat dibuktikan dari semakin majunya saff jamaah di banyak masjid terutama pada saat shalat tarawih.

Didalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa: (“Amal itu yang dinilai adalah akhirnya”). Hadis ini sungguh sangat tepat. Jika ingin menggunakan sedikit nalar kita, bahwa lebih baik mantan preman daripada mantan ustadadz. Mengapa? Karena yang dinilai adalah endingnya. Itulah mengapa dalam istilah kematian kita sering mengenal dengan Husnul Khatimah dan Su’ul Khatimah.

Atau misalkan ada seorang siswa SMU yang selalu mendapat ranking pertama karena nilai rata-rata  semua mata pelajarannya dari kelas satu sampai kelas tiga tinggi. Namun pada saat ujian nasional dia gagal menjawab soal, katakanlah karena kesalahan teknis mesin dengan sistem komputerisasi. Maka semua nilai-nilai yang dia peroleh selama ini seperti tidak ada gunanya.

Jika kita ingin menganalisa lebih jauh, didalam kitab Shahih Bukhari dijelaskan bahwa. Ada seorang pemuda yang semasa hidupnya bandal, kemudian diakhir hayatnya dia memberikan minum seekor anjing yang sedang kehausan dalam riwayat itu dia ditempatkan didalam surga. Adalagi satu kisah seorang yang ahli ibadah yang masuk neraka hanya karena mengurung kucing sampai mati. Terlepas dari hak prerogatif Allah untuk memasukkan hambanya kesurga atau neraka, Lagi-lagi yang dinilai itu adalah amal terakhir yang kita lakukan.

So, mari kita maksimalkan Ramadan yang tinggal dua hari ini dengan memperbanyak dan menyempurnakan ibadah kita. Mudah-mudahan Allah akan memberikan nilai akhir kepada kita dengan nilai yang terbaik. Sehingga harapan kita untuk mendapatkan surga yang telah dijanjikanNya benar-benar dapat kita raih. Aamiin.