Rabu, 17 Agustus 2016

Kemerdekaan yang Sesungguhnya




Kemerdekaan yang Sesungguhnya



Mengawali tulisan ini saya ingin mengajak kita semua untuk bersyukur bahwa sampai hari ini kita masih dapat menikmati hari kemerdekaan di usia yang ke- 71 tahun. Terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini; kesenjangan sosial, tidak meratanya pembangunan, korupsi, narkoba, moral masyarakat yang semakin hari semakin memperihatinkan dan masih banyak lagi lainnya. Maka saya duga keras bahwa kita sesungguhnya  belum merdeka.

Dugaan saya tentu sangat beralasan, selain indikasi diatas, dua kasus yang sedang hangat diperbincangkan yaitu polemik kewarganegaraan Mentri ESDM yang berujung pada pemberhentiannya dan anggota Paskibraka yang gagal mengibarkan sang saka merahputih di istana  karena kacaunya administrasi dinegaraini serta hukum kita yang terlalu kaku. Saya tidak ingin mengatakan  bahwa ini menjadi kado pahit dihari kemerdekaan. Sudahlah, saya tidak akan meneruskan lagi, karena bukan kapasitas saya mengulasnya lebih jauh.

Ada satu kebiasaan yang justru tidak merdeka, sebahagian masyarakat kita dalam merayakan hari kemerdekaan dengan membuat berbagai macam perlombaan. Diantara perlombaan yang yang tidak mencerminkan kemerdekaan yang sesunggahnya adalah panjat pinang. Menurut ku, berhentilah membuat perlombaan seperti itu, karna hanya akan mencerminkan kita sebagai budak-budak kemerdekaan. Rela memijak kawan demi mendapatkan hadiah dari atasan. Buatlah perlombaan yang lebih kreatif dan berwibawa. Banyak kok yang lain, tak perlu saya jelaskan.

Beberapa waktu lalu saya sempat keliling ke daerah-daerah yang dekat dengan kota Medan (Langkat, Binjai, Deli Serdang dan Serdang Bedagai). Selain menyelesaikan misi tertentu disana, saya juga mengamatisoal antusias masyarakat menyambut hari kemerdekaan. Satu hal yang membuat saya sedih adalah masih banyak rumah yang tidak memasang bendera, padahal sudah ada himbauan dari setiap lurah agar memasang merah putih sebagai tanda bergembira memperingati hari kemerdekaan. saya coba-coba untuk  bertanya: “Mengapa tak pasang bendera Buk/Pak?”.

“Ah, ngapain pasang bendera, kita kan belum merdeka”.
 “70 Tahun lebih kita merdeka, ngurus listrik aja tak beres”.
“Kami belum merdeka pak, tengok la, jalan ke kampung kami ini dari jaman Belanda belum juga diaspal”.

Itulah beberapa jawaban yang saya terima.

Dari riset sederhana ini, saya coba menyimpulkan bahwa ternyata masih banyak masyarakat kita yang belum merasakan kemerdekaan yang sesunguguhnya. Memang populasi dan sampelnya hanya beberapa daerah saja, tentu saya tidak berani menggeneralisasikannya, di tempat lain mungkin tidak demikian. Bahkan saya berharap kesimpulan ini salah.

Saya jadi teringat apa yang pernah dikatakan oleh Jhon Fitzgerald Kennedy pada inagurasinya sebagai presiden Amerika ke-35“Jangan tanyakan apa yang Negara berikan untuk anda, tapi tanyakan apa yang sudah anda berikan untuk Negara”. Sebenarnya ini bukanlah asli perkataan Kennedy, dia juga mengutip dari Marcus Tullius Cicero (106 SM-43 SM) Seorang ahli pidato dan prosa Romawi kuno. Tragis, bahwa Cicero mati terbunuh pada tahun 43 SM. Orang yang mengutip semboyannya pun bernasib sama, Kennedy juga meninggal karena tertembak saat melakukan kunjungan ke Dallas Texas tahun 1963.

Dogma kesetian terhadaap negara ini perlu dikoreksi dan dikritisi, agar tidak berat sebelah. Bahasa Medannya “Enak di kau ngak enak diaku”. Hehehe.

Orang sering kali terdiam seribu bahasa ketika disuguhkan Doktrin ini, ketika mengeluhkan tentang kondisi Bangsanya yang semakin kacau, atau paling tidak pada scope yang kecil orang yang sering mengeluhkan kondisi Desanya yang amburadul, atau katakanlah ada juga yang mengeluhkan fasilitas kampus yang semerawut misalnya. Kata-kata sakti ini sering dilontarkan sebagai  senjata ampuh untuk mencari kambing hitam atau sekedar buang badan. 

Ungkapan ini tentu tidak berlaku disemua tempat dan zaman. Jika diruntut sampai kepada UUD 1945 Pasal 27-34 jelas dikatakan bahwa Hak dan Kewajiban setiap warga Negara. Diantaranya hak untuk hidup, hak mendapatkan pekerjaan, mendapatkan pendidikan. Sedangkan yang menjadi kewajibanadalah menaati hukum, ikut serta bela Negara termasuk membayar pajak. Terkait dengan ungkapan Kennedy tadi, sudah seharusnya masyarakat menuntut hak-hak mereka. Jangan sampai kita yang selalu menunaikan kewajiban tapi lupa menuntut hak sebagai warga Negara.

Nampaknya masyarakat mulai sadar akan hal ini, sedikitnya mereka yang memasang bendera ketika peringatan hari kemerdekaan menjadi bukti bahwa masyarakat merasa telah melaksanakan kewajiban mereka sebagai warga Negara, tapi ‘mungkin’ Negara belum menunaikan hak masyarakat. Saya kira simple saja masyarakat kita hanya ingin pembangunan itu merata, pendidikan dan kesehatan yang layak dan hukum yang adil. Tidak lebih kok.

Sekarang, kita ingin jujur apa yang sudah diberikan Negara ini untuk kita?. Apa pula yang sudah kita berikan untuk Negara?. Silahkan jawab sendiri.

Merdeka!!!