Kemerdekaan yang Sesungguhnya
Mengawali
tulisan ini saya ingin mengajak kita semua untuk bersyukur bahwa sampai hari
ini kita masih dapat menikmati hari kemerdekaan di usia yang ke- 71 tahun.
Terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini; kesenjangan
sosial, tidak meratanya pembangunan, korupsi, narkoba, moral masyarakat yang
semakin hari semakin memperihatinkan dan masih banyak lagi lainnya. Maka saya
duga keras bahwa kita sesungguhnya belum
merdeka.
Dugaan
saya tentu sangat beralasan, selain indikasi diatas, dua kasus yang sedang
hangat diperbincangkan yaitu polemik kewarganegaraan Mentri ESDM yang berujung pada
pemberhentiannya dan anggota Paskibraka yang gagal mengibarkan sang saka
merahputih di istana karena kacaunya
administrasi dinegaraini serta hukum kita yang terlalu kaku. Saya tidak ingin
mengatakan bahwa ini menjadi kado pahit
dihari kemerdekaan. Sudahlah, saya tidak akan meneruskan lagi, karena bukan
kapasitas saya mengulasnya lebih jauh.
Ada
satu kebiasaan yang justru tidak merdeka, sebahagian masyarakat kita dalam merayakan hari kemerdekaan
dengan membuat berbagai macam perlombaan. Diantara perlombaan yang yang tidak
mencerminkan kemerdekaan yang sesunggahnya adalah panjat pinang. Menurut ku,
berhentilah membuat perlombaan seperti itu, karna hanya akan mencerminkan kita
sebagai budak-budak kemerdekaan. Rela memijak kawan demi mendapatkan hadiah
dari atasan. Buatlah perlombaan yang lebih kreatif dan berwibawa. Banyak kok
yang lain, tak perlu saya jelaskan.
Beberapa
waktu lalu saya sempat keliling ke daerah-daerah yang dekat dengan kota Medan
(Langkat, Binjai, Deli Serdang dan Serdang Bedagai). Selain menyelesaikan misi
tertentu disana, saya juga mengamatisoal antusias masyarakat menyambut hari
kemerdekaan. Satu hal yang membuat saya sedih adalah masih banyak rumah yang
tidak memasang bendera, padahal sudah ada himbauan dari setiap lurah agar
memasang merah putih sebagai tanda bergembira memperingati hari kemerdekaan.
saya coba-coba untuk bertanya: “Mengapa tak pasang bendera Buk/Pak?”.
“Ah, ngapain pasang bendera, kita
kan belum merdeka”.
“70 Tahun lebih kita merdeka, ngurus listrik
aja tak beres”.
“Kami belum merdeka pak, tengok la,
jalan ke kampung kami ini dari jaman Belanda belum juga diaspal”.
Itulah
beberapa jawaban yang saya terima.
Dari
riset sederhana ini, saya coba menyimpulkan bahwa ternyata masih banyak
masyarakat kita yang belum merasakan kemerdekaan yang sesunguguhnya. Memang
populasi dan sampelnya hanya beberapa daerah saja, tentu saya tidak berani
menggeneralisasikannya, di tempat lain mungkin tidak demikian. Bahkan saya
berharap kesimpulan ini salah.
Saya
jadi teringat apa yang pernah dikatakan oleh Jhon Fitzgerald Kennedy pada
inagurasinya sebagai presiden Amerika ke-35“Jangan
tanyakan apa yang Negara berikan untuk anda, tapi tanyakan apa yang sudah anda
berikan untuk Negara”. Sebenarnya ini bukanlah asli perkataan Kennedy, dia
juga mengutip dari Marcus Tullius Cicero (106 SM-43 SM) Seorang ahli pidato dan
prosa Romawi kuno. Tragis, bahwa Cicero mati terbunuh pada tahun 43 SM. Orang
yang mengutip semboyannya pun bernasib sama, Kennedy juga meninggal karena
tertembak saat melakukan kunjungan ke Dallas Texas tahun 1963.
Dogma
kesetian terhadaap negara ini perlu dikoreksi dan dikritisi, agar tidak berat
sebelah. Bahasa Medannya “Enak di kau ngak enak diaku”. Hehehe.
Orang
sering kali terdiam seribu bahasa ketika disuguhkan Doktrin ini, ketika
mengeluhkan tentang kondisi Bangsanya yang semakin kacau, atau paling tidak
pada scope yang kecil orang yang sering mengeluhkan kondisi Desanya yang
amburadul, atau katakanlah ada juga yang mengeluhkan fasilitas kampus yang
semerawut misalnya. Kata-kata sakti ini sering dilontarkan sebagai senjata ampuh untuk mencari kambing hitam
atau sekedar buang badan.
Ungkapan
ini tentu tidak berlaku disemua tempat dan zaman. Jika diruntut sampai kepada
UUD 1945 Pasal 27-34 jelas dikatakan bahwa Hak dan Kewajiban setiap warga
Negara. Diantaranya hak untuk hidup, hak mendapatkan pekerjaan, mendapatkan
pendidikan. Sedangkan yang menjadi kewajibanadalah menaati hukum, ikut serta
bela Negara termasuk membayar pajak. Terkait dengan ungkapan Kennedy tadi,
sudah seharusnya masyarakat menuntut hak-hak mereka. Jangan sampai kita yang
selalu menunaikan kewajiban tapi lupa menuntut hak sebagai warga Negara.
Nampaknya
masyarakat mulai sadar akan hal ini, sedikitnya mereka yang memasang bendera
ketika peringatan hari kemerdekaan menjadi bukti bahwa masyarakat merasa telah
melaksanakan kewajiban mereka sebagai warga Negara, tapi ‘mungkin’ Negara belum
menunaikan hak masyarakat. Saya kira simple saja masyarakat kita hanya ingin
pembangunan itu merata, pendidikan dan kesehatan yang layak dan hukum yang
adil. Tidak lebih kok.
Sekarang,
kita ingin jujur apa yang sudah diberikan Negara ini untuk kita?. Apa pula yang
sudah kita berikan untuk Negara?. Silahkan jawab sendiri.
Merdeka!!!