Kamis, 21 Januari 2016

Memimpin, Menderita???




Sangat sulit mendefenisikan pemimpin. Dari banyak teori dan pendapat pakar yang ada, saya coba membuat sintesa sederhana. Bahwa pemimpin adalah orang yang telah mampu mengatur dirinya sendiri  untuk kemudian dia dipercayakan memimpin orang lain. Konsekwensi yang sangat logis tentunya bagi setiap pemimpin harus lebih baik dari orang yang ia pimpin.

Ada ungkapan klise berbahasa Belanda “leiden is lidjen” yang berarti “ memimpin adalah jalan menderita”. Saya coba renungkan ungkapan sederhana namun penuh makna ini. Dahulu ungkapan ini juga pernah dipakai oleh tokoh sekaligus pahlawan Nasional kita H. Agus Salim (Prisma No.8, Agustus 1997). 

Saya tidak tahu persis apakah benar menjadi pemimpin itu menderita. Pasalnya dewasa ini orang berebut ingin menjadi pemimpin, mulai dari lingkup lokal sampai pada cakupan yang lebih global. Akhir-akhir ini orang berebut ingin menjadi pemimpin, tak tanggung-tanggung segala macam cara di lakukan untuk bisa menduduki kursi kepemimpinan dimanapun. Kalau demikian adanya, berarti tidak benar kalau menjadi seorang pemimpin itu menderita.

Tapi kita mau lihat dari sisi lain, bahwa memang umumnya kita paham untuk menjadi seorang pemimpin itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu pengorbanan yang luar biasa. Bahkan sering pemimpin yang menjadi korban. Paling tidak ada dua pengorban yang dirasakan oleh setiap pemimpin di dunia ini:

1.      Korban waktu
Banyaknya tugas yang harus dikerjakan oleh pemimpin tentu ini sangat menyita waktu. Acap kali seorang pemimpin tidak punya waktu lagi untuk anak, istri dan keluarganya. Kalupun ada hanya sedikit sekali. Ketika hari libur misalnya, seorang pemimpin harus tetap siap sedia mengantisipasi agenda yang mendadak. Disaat yang sama dia kepingin berlibur atau sekedar bercanda dengan keluarganya dirumah. Namun seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi dan keluarganya. Akibatnya kemesraan dan komunikasi dengan keluarga tentu berkurang. Pada posisi yang demikian sebenarnya kita dapat mengakui bahwa pemimpin sebenarnya menderita.


2.      Korban perasaan
Saya tidak pernah mendengar bahwa sebaik dan sebijak apa pun pemimpin itu tetap saja menuai kritik pedas dari orang-orang yang ia pimpin. Siapa pemimpin didunia ini yang tidak pernah menuai kritik?, rasanya tidak ada. Bahkan Nabi sekalipun sebagai orang suci yang mendapat ilham dari Tuhan tetap saja ada yang tidak suka. Belum lagi tudingan-tudingan miring serta penghianatan yang sering di arahkan kepadanya. Semua hal ini telah jamak dirasakan oleh setiap pemimpin.


Sebenarnya banyak lagi pengorbanan lain yang harus dilakukan oleh setiap pemimpin, seperti korban tenaga, korban harta benda dan nlainnya. Jika demikian maka ungkapan judul diatas benar adanya. Tetapi terserah kita mau menyikapinya seperti apa???.