Sangat sulit mendefenisikan pemimpin. Dari banyak
teori dan pendapat pakar yang ada, saya coba membuat sintesa sederhana. Bahwa
pemimpin adalah orang yang telah mampu mengatur dirinya sendiri untuk kemudian dia dipercayakan memimpin
orang lain. Konsekwensi yang sangat logis tentunya bagi setiap pemimpin harus
lebih baik dari orang yang ia pimpin.
Ada ungkapan klise berbahasa Belanda “leiden is lidjen” yang berarti “ memimpin adalah jalan menderita”.
Saya coba renungkan ungkapan sederhana namun penuh makna ini. Dahulu ungkapan
ini juga pernah dipakai oleh tokoh sekaligus pahlawan Nasional kita H. Agus
Salim (Prisma No.8, Agustus 1997).
Saya tidak tahu persis apakah benar menjadi pemimpin
itu menderita. Pasalnya dewasa ini orang berebut ingin menjadi pemimpin, mulai
dari lingkup lokal sampai pada cakupan yang lebih global. Akhir-akhir ini orang
berebut ingin menjadi pemimpin, tak tanggung-tanggung segala macam cara di
lakukan untuk bisa menduduki kursi kepemimpinan dimanapun. Kalau demikian
adanya, berarti tidak benar kalau menjadi seorang pemimpin itu menderita.
Tapi kita mau lihat dari sisi lain, bahwa memang
umumnya kita paham untuk menjadi seorang pemimpin itu tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Perlu pengorbanan yang luar biasa. Bahkan sering
pemimpin yang menjadi korban. Paling tidak ada dua pengorban yang dirasakan
oleh setiap pemimpin di dunia ini:
1.
Korban
waktu
Banyaknya tugas yang harus
dikerjakan oleh pemimpin tentu ini sangat menyita waktu. Acap kali seorang
pemimpin tidak punya waktu lagi untuk anak, istri dan keluarganya. Kalupun ada
hanya sedikit sekali. Ketika hari libur misalnya, seorang pemimpin harus tetap
siap sedia mengantisipasi agenda yang mendadak. Disaat yang sama dia kepingin
berlibur atau sekedar bercanda dengan keluarganya dirumah. Namun seorang
pemimpin harus mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan
pribadi dan keluarganya. Akibatnya kemesraan dan komunikasi dengan keluarga
tentu berkurang. Pada posisi yang demikian sebenarnya kita dapat mengakui bahwa
pemimpin sebenarnya menderita.
2.
Korban
perasaan
Saya tidak pernah mendengar bahwa sebaik dan sebijak
apa pun pemimpin itu tetap saja menuai kritik pedas dari orang-orang yang ia
pimpin. Siapa pemimpin didunia ini yang tidak pernah menuai kritik?, rasanya tidak
ada. Bahkan Nabi sekalipun sebagai orang suci yang mendapat ilham dari Tuhan
tetap saja ada yang tidak suka. Belum lagi tudingan-tudingan miring serta
penghianatan yang sering di arahkan kepadanya. Semua hal ini telah jamak
dirasakan oleh setiap pemimpin.
Sebenarnya banyak lagi pengorbanan lain yang harus
dilakukan oleh setiap pemimpin, seperti korban tenaga, korban harta benda dan
nlainnya. Jika demikian maka ungkapan judul diatas benar adanya. Tetapi
terserah kita mau menyikapinya seperti apa???.